METALLURGI EKSTRAKSI
· :'; • 1 .
1. EKSTRAKSI TEMBAGA
Untuk mendapatkan metal yang lebih murni biasanya
dilakukan cara metallurgi terpadu, atau dengan kata lain dilakukan penggabungan
baik secara pirometallurgi, electrometallurgi maupun hydrometallurgi. Disamping
mendapatkan metal utama , juga akan didapatkan metal sampingan yang tidak kalah
pentingua dengan metal utama. Seperti halnya dalam ekstraksi logam tembaga akan
didapatkan emas dan perak dan gas SO2 yang dapat dijadikan produk
samping.
a. Keadaan bijih _
Bijih tembaga pada umumnya diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok, yakni sulfida ore, oksida ore maupun native ore. Ore
yang sangat penting adalah sulfida ore, karena pada umumnya mempunyai kadar
relatif tinggi. Mineral penting biasanya adalah : Chalcosite (Cu2S
), Chalcopyrite ( Cu FeS2), bornite (Cu,CuSFeS), covelite (CuS),
disamping itu ada yang karbonat misalnya : Malachite ( CuCO3 Cu
(OH)), Azurite ( 2 CuCO3 Cu (OH)2 ).
Bijih tembaga terbentuk sebagai vein, yang
tersebar di dalam batuan beku merupakan butiran-butiran kecil. Biasanya
berassosiasi dengan silika (50-60 %), besi (10-20 %), sulfur (10 %) dan sejumlah kecil alumina , calsium, oksida, kobalt,
selenium, tellurum, perak dan emas.
b.
Proses pengerjaan
Konsentrasi tembaga biasanya dengan flotasi,
dari proses ini diharapkan tembaga akan terpisah dari kotoran maupun mineral
zinc, timbal, non sulfida. Sedangkan emas, perak akan ikut dalam konsentrat.
Pada umumnya konsentrat berkadar 25-30 % Cu.
Sulphide konsentrat
hasil flotasi masih mengandung besi dalam jumlah yang banyak ( perhatikan
komposisi bornite dan chalcopyrite). Disamping itu masih ada logam impuritis
lainnya. Untuk dapat diambil metalnya maka dilakukan ekstraksi melalui tiga
tahap , yakni : smelting dalam reverberatory furnace untuk mendapatkan matte (
Cu2S FeS) , conversion / Bessemering : merupakan proses dari matte
untuk dijadikan blister copper ( crude copper) , dan refining untuk mendapatkan tembaga murni
b.l. Roasting
Roasting terhadap
konsentrat tembaga hasil flotasi berguna untuk menghilangkan sulfur, disamping
itu dapat juga menghilangkan impuritis yang mempunyai sifat
6
volatile. Dengan adanya pemanggangan maka ZnS,
PbS dan FeS akan berubah menjadi ZnO, PbO maupun FeO yang akan keluar sebagai
slag.
Karena ikatan Cu dan S
membentuk CuS, maka diupayakan sewaktu pemanggangan tidak teroksider, karena
hal ini penting sekali dalam pembentukan matte. Roasting dalam matte smelting
dijaga agar berlangsung sebagian , dengan tujuan agar tidak seluruh FeS menjadi
FeO sehingga FeS nanti dapat bereaksi dengan CuO membentuk CuS dan FeO. Dengan
demikian proses pembentukan matte akan lebih baik..
b.2. Smelting
Smelting
dilakukan dalam reverberatory furnace dengan cara simple smelting Sebagai umpan
adalah konsentrat hasil flotasi, limestone sebagai fluks dan bahan bakar dapat
digunakan batubara bubuk maupun coke yang dapat berfungsi juga sebagai
reduktor. Umpan dimasukkan dari bagian atas tanur, dengan adanya panas maka
akan terbentuklah molten metal yang terkumpul dalam hearth.
Produk
peleburan berupa :
Matte : merupakan sulfida Cu
dan Fe sebagai Cu2S dan FeS, -biasanya mengandung 35-45 % Cu sebagai
Cu2S dan 20-30 % Fe sebagai FeS. Matte dikeluarkan lewat lubang
pengeluaran yang letaknya di bawah, sebab matte ini lebih berat dari produk
yang lain.
Slag : Terdiri dari oksida Fe, Zn, Pb dan
silikat yang membentuk massa "fussible mass" yang umumnya masih
mengandung 0,35-0,5 % Cu. Karena massanya lebih ringan maka slag ini letaknya
diatas, sehingga secara kontinyu dapat dikeluarkan lewat lubang yang letaknya
di atas..
Flue
dust dan fumes : Jika
produk ini dibiarkan keluar tanpa ada penanganan maka akan menimbulkan masalah
lingkungan, oleh sebab itu pertama ditangkap debunya dengan menggunakan filter
bag, electrostatic precipitator, water spray, cottrel, cyclon dll. Gas yang
masih mempunyai panas dengan temperatur sekitar 1100 -1300° C,
dialirkan melalui steam boiler untuk menggerakkan turbo electric generator,
atau untuk pekerjaan preparasi seperti roasting kalsinasi dll.
Hal yang perlu diperhatikan
dalam smelting adalah:
*
Semua
CuO, CuS, CuSO4 yang ada dalam umpan akan diubah menjadi Cu2S melalui bermacam-macam reaksi.
*
Sulfur yang tidak berikatan dengan Cu dan Fe akan
dikeluarkan sebagai SOx
3 Fe203 + FeS----- >
7 FeO + SO2
*
Lime, Mg, Al akan masuk ke slag dalam bentuk silikat
*
Logam mulia akan masuk ke matte sebagai sulfida
*
As,
Sb, Te, Zn, Se dalam reaksi oksidasi ataupun reduksi biasanya akan lari ke
fumes atau terbentuk sebagai sulfida
*
Ni akan lari ke matte sebagai sulfat
Di dalam matte smelting, hal
yang perlu diketahui adalah :
* Afanitas besi terhadap oksida sekitar dua kali
afanitas tembaga Afanitas tembaga terhadap sulfur akan lebih besar daripada
besi
*
Apabila
Cu2S dalam matte tinggi, ada kemungkinan kehilangan Cu dalam slag
juga besar sebagai CuO, namun apabila kadar Cu2S dalam matte rendah,
berarti pemisahan antara Cu dan Fe akan lebih sulit sehingga membutuhkan biaya
yang lebih besar.
b.3. Conversion/ converting/ bessemerizing
Pengubahan matte ke blister copper digunakan
cara metode bessemer, dengan menggunakan cylindrical converter atau pierce
smith. Umpan ditambah dengan fluks dimasukkan ke converter dalam keadaan panas
dan dihembuskan udara melalui tuyeres yang terletak dibagian bawah converter.
Prosesnya adalah oksidasi dan berlangsung dua tahap :
* Pembentukan slag
FeS hasil smelting akan teroksidasi dengan reaksi sbb :
FeS + 3/2 02---------------- > FeO + SO2 .......................................... (1)
FeO ini masuk kedalam
slag. Silika yang ditambahkan kedalam converter untuk mengikat besi agar
menjadi besi silikat (slag) , karena SG biasanya rendah maka akan mengapung dan
dilakukan skimming, sehingga slag ini dapat dipisahkan dan metalnya. Slag ini
masih mengandung 6 % Cu, sehingga harus dikembalikan kedalam reverberatory
untuk dilebur kembali.
*. Pembentukan blister copper
Tahap kedua adalah pembentukan blister copper. Di
dalam converter matte dihilangkan FeS nya sehingga tinggal Cu2S yang disebut
blister copper. Apabila blister copper dioksidasi kembali akan membentuk Cu
yang disebut white metal _
Cu2S + 02--------- > 2 Cu + SO2.............................................................. (2)
Sebenarnya blister
copper mengandung impuritis yang berupa sulfur, besi, lead, bismuth, arsenik,
cobalt, juga logam mulia seperti emas dan perak. Impuritis ini akan
mempengaruhi sifat fisik maupun mekanis terutama sifat kelistrikan. Oleh karena
itu perlu dilakukan pemurnian (refining) :
*
Pemurnian
Ada
dua tahap pemurnian, yaitu Fire refining yang dilakukan dengan cara peleburan
untuk menghilangkan impuritis yang berupa S, Cd, Zn, Mg, Al, Fe, Sn, Pb, As, •
Sb. Sedangkan pemurnian kedua disebut electro refining, yaitu proses
elektrolisa dengan tujuan untuk menghilangkan Se, Te, Be, Ni, Ag, Au.
Fire refining pada
umumnya masih harus dimurnikan lagi dengan jalan elektrolisa. Fire refining
dilakukan dengan tujuan :
- Untuk menghilangkan elemen yang mengganggu dalam electro
refining
-
Untuk membuat anoda dengan jalan pengecoran
- Untuk mernbuat tembaga
yang sedikit mengandung oksigen , yang diperlukan dalam bidang perlistrikan.
- Untuk membuat anoda dan produk yang dihasilkan
dapat dibentuk sebagai billet, slab, kawat dll.
Fire Refining :
Proses ini dilakukan dalam reverberatory
furnace, untuk menghilangkan impuritis dilakukan dengan jalan mengoksidasi
blister copper, sehingga impuritis yang teroksidasi akan terbentuk menjadi
slag. Proses ini melalui dua tahap :
Tahap I : merupakan
tahap oksidasi terhadap impuritis yang dilakukan dengan jalan meniupkan udara
melalui pipa dan dimasukkan molten metal kedalam tanur. Hal ini dilakukan agar
lubang udara tidak tersumbat. Tahap pertama ini disebut sebagai tahap oksidasi
atau disebut tahap flapping.
Tahap II. Pada tahap ini dinamakan tahap reduksi
atau poling. Proses ini lebih ditekankan pada copper oksigen yang ditambahkan
coke, green timber dan
oksigen yang
tinggal bersama tembaga diharapkan tinggal 0,025 - 0,05 % saja.
Hasilnya dicetak sebagai anoda atau bentuk komersial lainnya.
Hasilnya dicetak sebagai anoda atau bentuk komersial lainnya.
Electro refining
Tujuan dilakukan electro refining
adalah :
-
Emas dan perak dapat diproduksi sebagai hasil sampingan
-
Apabila produk yang dihasilkan akan dimanfaatkan sebagai
bahan perlistrikan Hasil pemurnian tembaga secara peleburan ( fire refining)
yang telah dibentuk sebagai anoda, disusun dalam tangki yang dilapisi dengan
timbal. Sebagai elektrolitnya adalah : acidified copper sulphate, yang
merupakan larutan terdiri dari 40 gram tembaga, 160 gram asam sulfur, dalam
setiap liter, atau jika dinyatakan dalam suatu perbandingan dapat berupa 4 %
tembaga, 16 % asam sulfur yang dicampur dalam keadaan temperaturnya 140° F. Sebagai katoda
adalah lembaran tembaga murni yang dipasang diantara anoda. Katoda ini tipis
seberat 10 lbs. Apabila dialiri arus listrik maka tembaga yang ada pada anoda akan terurai dan bergerak rnenuju ke katoda dan
diendapkan sebagai tembaga murni.
Reaksi pada anoda :
Cu solid---------- > Cu++ (kation)
+ 2 e
Reaksi pada katoda :
Reaksi pada katoda :
Cu (kation) + 2 e----------- >
Cu ( solid )
Pada umumnya voltage
yang dibutuhkan ialah 0,30 - 0,35 V, sedangkan current density yang digunakan =
15 - 20 ampere / sq ft , dan didapat kadar Cu = 99,95 % Logam mulia tidak larut , tetapi akan terkumpul
sebagai slime yang selanjutnya diproses untuk didapatkan emas dan perak.
Sedangkan elektrolitnya banyak mengandung bismuth dan nikel, yang akan
mengganggu jalannya elektrolisa, maka
9 Jr
harus diganti secara kontinyu. Kalau
elektrolitnya dibiarkan jenuh maka tembaga akan mengendap bersama bismuth pada
elektrolit. Untuk membantu agar arus listrik tidak terhambat, maka harus
dipanaskan antara 50-60 ° C.
2.
EKSTRAKSI TIMAH PUTIH
Mineral
utama timah putih adalah cassiterite ( SnO2 ) dilakukan pengolahan
dengan menggunakan jig, shaking table, sluice box, humphrey spiral, setelah
dikeringkan dilakukan pengolahan kering dengan elektrostatik separator dan
magnetic separator., sehingga didapatkan konsentrat minimum berkadar 70-72 %
Sn.
Ada beberapa tahap
pengolahan Timah putih.
Tahap pertama
Pada tahap pertama ini alat
yang digunakan adalah reverberatory furnace. Sebagai umpan adalah konsentrat
timah putih yang kadarnya 72 % Sn, batubara dan limestone. Temperatur operasi
sekitar 1200°C, dilakukan peleburan selama 10-12 jam. Setelah itu dilakukan
penuangan dengan hasil impure metal dan slag. Slag biasanya masih mengandung
SnO2 = 35 %, Ca0 = 25 % dan FeO = 12 %, oleh karena itu slag dilebur
kembali dengan menggunakan reverberatory furnace II dengan ditambah scrap iron agar terbentuk
hardhead alloy ( 80 % Sn , 20 % Fe). Kehilangan Sn dalam peleburan karena lari ke slag
pada peleburan pertama cukup tinggi , karena SnO2 tereduksi membentuk SnO (
slag).Sedngkan pada peleburan II Hardhead alloy ini dikembalikan lagi ke
reverberatory furnace I untuk dilakukan peleburan ulang.
Tahap kedua
Tahap ini merupakan refining terhadap impure
metal. Hasil peleburan pertama yang masih mengandung Sb, Fe, As, Pb, Bi, dan Cu
untuk memisahkan ini dapat dilakukan :
a. Liquation
Impure metal didinginkan sampai di bawah titik bekunya, kemudian
dimasukkan kedalam suatu tanur yang ada saringannya dan dipanaskan sampai 232°
C. Dengan adanya pemanasan ini maka Sn akan meleleh yang kemudian diikuti Pb,
Bi, sedangkan As, Sb dan Co membentuk dross,
b. Boiling
Hasil
dari liquation ada dua macam, yakni dross dan metal yang belum mumi. Untuk
melelehkan Sn yang murni maka
dilakukan boiling dengan menghembuskan panas ke metal sehingga mendidih. Maka
Bi akan teroksidasi dan mengapung diatas dapat dipisahkan dari Sn dan Pb. Dros
yang berupa PbO akan mengapung yang dilakukan skimming, sehingga tinggalah Sn
yang berkadar 99,90 % Sn.
10
c. Electrolisa
Sebagai electrolit digunakan gluo silicid acid atau hydro
flue silicid acid. Electrolisa dilakukan dalam suatu tangki yang dilapisi Pb.
Sebagai anoda adalah impure metal, sedangkan sebagai katoda adalah timah yang
murni. Maka anoda akan terurai
dan timahnya akan mengendap ke katode dengan kadar mencapai 99,99 % Sn.
Sifat
timah dan penggunaan:
*
Tahan korosi, sehingga dapat melapisi metal lain (pelapis
kaleng)
*
Titik lelehnya rendah, maka dapat untuk solder/ alloy
sebagai bronze
*
anti gesekan tinggi dapat
digunakan untuk bearing metal
Diagram alir pengolahan timah putih dapat dilihat dalam Gambar 3.1.
Gambar 3.1.
Diagram alir pengolahan
Timah putih
Tatiap pertama
Dilakukan roasting
(pemanggangan) dan sintering dengan menggunakan rotating hearth furnace untuk
menghilangkan sulfur. Roasting ini dilakukan pada temperatur 750° C
. Hasil pemanggangan ( NiO) dimasukkan kedalam suatu tanur reducer yang
bertemperatur 400° C, dimana dalam tabung tersebut dimasukkan water
gas ( H2) yang akan mereduksi NiO dengan reaksi :
NiO + H2
|
|
> Ni + H2O
|
|
Kemudian nikel yang terbentuk direaksikan dengan
CO sehingga membentuk Nikel carbonil di dalam tabung yang bernama volatizer,
dengan reaksi :
Ni + 4 CO----------- >
Ni ( CO4 (gas)
Dekomposisi dari gas
nikel carbonyil terjadi pada temperatur 180° C di dalam tabung yang
dinamakan decomposer . Hasil yang didapat berupa
nikel murni dalam bentuk pellet dan
gas CO yang dikembalikan ke volatizer untuk membantu terbentuknya gas nikel
carbonyl.
Nikel yang dihasilkan dari proses elektrolisa
dan mond process bersifat brittle karena mengandung sulfur pada sekitar
butirannya. Desulfurisasi dapat dilakukan dengan menambahkan mangaan atau
magnesium, sehingga dapat dibentuk lembaran, rod maupun kawat.
c. Hidrometallurgi
Endapan nikel dapat juga
berassosiasi dengan besi, tembaga dan logam mulia. Untuk nikel yang berkadar
1,5 % Ni dapat dilakukan pelarutan (leaching process) dengan terlebih dahulu
dilakukan penggilingan dengan menggunakan ball mill. Bijih kemudian di roasting
di dalam multi hearth mechanical roaster, hasilnya dicampur dengan ammonia
carbonat yang berupa larutan di dalam aeration tank. Nikel akan terlarut ,
sedangkan besi akan teroksida dan mengendap.
Pulp dimasukkan kedalam
thickener sehingga terpisahkalah antara larutan kaya dengan endapannya. Larutan
nikel dialiri dengan uap maka ammonia yang sifatnya volatil akan terdistilasi
dan nikelnya akan-berupa endapan nikel carbonat.
PENGOLAHAN
BIJIH MENJADI NIKEL MATTE
a. Pengolahan
bahan galian
Bijih
hasil penambangan yang mempunyai kadar 1.2 % Ni dihancurkan dan dilakukan
pengayakan , kemudian digiling dengan menggunakan rod mill. Hasil penggilingan
dimasukkan kedalam classifier, untuk yang berukuran halus dilakukan konsentrasi
dengan cara flotasi, sehingga didapat konsentrat nikel dan tembaga
b. Piro metallurgy
Secara uinum konsentrat
nikel dikeringkan dan dimasukkan dalam flash smelting, produknya dimasukkan
dalam converting sehingga didapatkan nikel tembaga
matte. Setelah dipisahkan dari slag maka dilakukan penggilingan untuk
dilakukan flotasi sehingga didapatkan nikel matte dan tembaga matte.
Pemanggangan ( Roasting)
Konsentrat dipanaskan sampai suhu tertentu dalam
udara terbuka ( ditambah dengan oksigen). Dengan adanya proses pemanggangan ini
maka belerang akan membentuk SO2, sedangkan sebagian sulfida besi
diupayakan berubah menjadi besi oksida (roasting sebagian). Alat pemanggangan
dapat berupa : multi hearth roaster, flui bed roaster, sintering machine
roaster maupun rotary kiln.
Peleburan (smelting)
Peleburan ini untuk mendapatkan nikel matte,
slag / terak, maka untuk mendapatkan terak ditambahkan bahan imbuhan (fluks).
Dengan mendasarkan atas berat jenisnya maka dapat dipisahkan antara slag dengan
nikel matte. Alat smelting yang digunakan dapat blast furnace, reverberatory
furnace, fish furnace maupun electric smelting furnace.
Converting
Proses ini sebenarnya
untuk memisahkan antara Fe dengan Ni, yaitu dengan jalan memasukkan nikel matte
cair panas kedalam converter dan dihembuskan udara, sehingga besi akan
teroksida menjadi besi oksida yang nantinya menjadi terak. Maka untuk
mendapatkan terak ini biasanya ditambahkan fluks berupa silika. Belerang akan
bersenyawa dengan oksigen membentuk SO2. Alat converting yang
digunakan dapat berupa horizontal side blown converter atau top oxygen blown
rotary converter. Hasil converter didinginkan sehingga dapat dipisahkan antara
nikel sulfida dengan tembaga sulfida. Nikel sulfida apabila dilakukan pemanggangan
maka akan didapatkan nikel oksida sinter, dan bila dilakukan proses
elektrolisis maka didapatkan electrolytic nikel. Tetapi manakala dilakukan Mond
proses maka akan didapatkan carbonyl pellet.
CATATAN
-
Matte mengandung : 35 % Ni, 12 % Cu, 25 % Fe dan 24 % S
- Hasil converting mengandung : 63 % Ni, 28 % Cu, 0,4 %
Fe dan 7 % S
PROSES HIDROMETALLURGI
Sebagai umpan adalah
konsentrat nikel, dapat juga berupa nikel matte yang digerus halus. Dalam
proses hidrometallurgi ini digunakan pelarut : Ammoniacal ammonium sulphat, dan
digunakan horisontal multi compartement autoclaves. Proses akan berlangsung
pada tekanan 8 ATM dan suhu 900 C.
Proses leaching
(pelindian) dan pemisahan dilakukan dalam dua tahap yakni pada tahap pertama
adalah mengupas / memisahkan tembaga dengan jalan mendidihkan larutan pada
tekanan 1 Atm dan suhu sekitar 150° C serta menambahkan sedikit H2S.
Tahap
yang kedua terhadap larutan yang telah bebas tembaga dilakukan oxydrolisis atau
deoksidasi dan dehidrolisasi secara bersamaan , hal ini dilakukan untuk
rnengubah larutan nikel agar mudah direduksi.
c.
Reduksi
Ada 4 tanur pereduksi , 3 tanur berdiameter 5,5, m
panjangnya 100 m, scdangkan yang satunya berdiameter 6 m dan panjangnya 115 m.
Pemanasan dalam tanur mencapai 1275°C atau 1830° F. Di
dalam tanur ini terjadi proses dehidrasi dan proses reduksi, serta terjadi
persenyawaan antara belerang dengan besi dan nikel dalam bijih.. Minyak yang
berkadar belerang tinggi disemprotkan kedalam tanur untuk menyempurnakan proses
reduksi. Seluruh minyak yang digunakan ada 38 % melewati burner, 49 % melewati
limbah oil lance dan 13 % melewati side burner.
Gas yang keluar dilewatkan cyclon ( multi cyclon) yang
mampu menahan debu 70 % yang mana debu ini disalurkan ke pengering. Sisa gas
yang tertahan dalam scrubber basah yang mempunyai effisiensi sebesar 90 % .
Sedangkan endapan yang tertahan oleh scrubber disalurkan ke kolam akan
menghasilkan produk dengan mengandung 55 % uap basah, yang dikembalikan ke pengering bersama debu
maupun bijih yang basah.
b. Pelebu ran
Pre reduksi gunanya untuk
mengurangi beban endothermic bagi tanur listrik, sehingga meningkatkan
kapasitas peleburan bijih. Diupayakan calcine yang tereduksi dimasukkan ke
tanur listrik dalam keadaan tertutup agar tidak teroksidasi lagi ( mengalami re
oksidasi). Calcine panas dimasukkan ke surge bin yang berada di bawah tanur,
kemudian dipindahkan kedalam kontainer yang dilapisi dengan refractories dan
dapat menyimpan 20 ton calcine.
Container
diangkat dan dibuka tepat pada feed bin tanur. Tanur listrik ini dibuat oleh
ELKEM berbentuk bulat dengan diameter 18 m , setiap tanur mempunyai 3 buah
elektroda berdiameter 2 m, yang berfungsi menghantarkan listrik sarnpai 36
megawatt. Dinding tanur dilapisi dengan tar-impregnated 95 % MgO brick. Alat
ini dilengkapi dengan skimming block yang terbuat dari tembaga dengan
pendinginan air ( water cooler). Sedangkan tapping block terbuat dari "
non wetting ramming material" yang mengandung silicon carbide.
Pada saat lampau terak
dapat menimbulkan korosi terhadap pelapis bata tahan apt:
-
Slag
dengan perbandingan SiO2 / MgO = 2,2, - 2,4 terlalu bersifat asam
untuk refractory yang bersifat basa
-
Temperatur liquidus terak masih relatif rendah
-
Suatu " superheat" diperlukan untuk melumerkan
peridotit
Maka dengan adanya hal
ini dilakukan dua langkah penting untuk melindungi refractory dari korosi.
*
Derajad
keasaman dikurangi, yakni perbandingan antara Si02/ MgO = 1,9,
liquidus naik 50°C, temperatur skimming tetap 1530°C
*
Water
cooled copper finger digunakan sebagai pengganti proses pendinginan pada dinding tungku.
d. Konversi ( Converting)
Semula PT INCO menggunakan 3 buah Top Blown
Kaldo type rotary converter ( TBRC). Hasilnya belerang berkadar rendah, tetapi
mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya
* Biaya perneliharaan
tinggi
* Biaya penggantian
refractories juga tinggi
Oleh karena itu sekarang
digantikan " Side Blown Pierce Smith (PS)", dengan menggunakan alat
ini terak/ slag hanya mengandung nikel lebih kecil dari 0,8 %.
PENGOLAHAN BIJIH MENJADI FERRO NICKEL DI POMALAA
a. Pra olahan
Bijih nikel basah (
320.000 ton) , anthrasite sebagai reduktor (30-40 Kg) / ton bijih basah, dan
batukapur (20-40 Kg)/ ton bijih basah sebagai fluks.
Bijih basah dari tambang
yang sudah berada di stockyard diumpankan ke shake out machine (SOM). Boulder
yang berukuran lebih besar dari 30 Cm dipisahkan, sedangkan yang - 30 Cm
diangkut ke ripple screen (RFS) dengan belt conveyor. Sedangkan bijih yang
berukuran - 5 Cm bersama-sama dengan hasil impeller breaker dimasukkan ke bin
yang berkapasitas masing-masing 120 ton. Anthrasit dan kapur mengalami proses
yang sama dengan bijih , akhirnya dimasukkan ke bin yang mempunyai kapasitas 70 ton. Agar
perbandingan memenuhi , maka masing-masing bin dipasang weightometer
b. Kalsinasi
Bahan baku yang telah
ditimbang dimasukkan ke rotary kiln untuk dikalsinasi. Ukuran rotary kiln
diameternya 4 m , pada bagian dalamnya dilapisi dengan bahan tahan api setebal
20 Cm. Alat ini dilengkapi dengan burner yang dipasang pada ujung pengeluaran ( discharging end),
sehingga gradien temperatur akan naik menuju ke titik terpanas ( ± 10 m ).
Bahan bakar digunakan hevy oil (MFO) sekarang dipakai " Coal firing plant
" berupa batubara. Pada rotary kiln , air kelembaban dan zat terbang dapat
berubah menjadi gas. Kapasitas rotary kiln ini 40 ton bijih panas/ jam. Rotary
kiln dilengkapi penangkap debu, terdiri dari : Dust chamber, multi cyclon,
cotrell. Debu yang ditangkap dimasukkan kembali ke kiln setelah dilakukan
proses pelletisasi di dalam pelletizer
c. Peleburan
Digunakan dapur listrik berukuran 15 m , berkapasitas 18 megawatt,
bagian dalamnya dilapisi " Magnesia brick" . Calcined ore dari rotary
kiln (800°C) sebelum diumpankan ke dapur listrik, diangkut dengan sistem
"container car over head crane" kedalam 9 buah top bin yang
berkapasitas masing-masing 50 ton, dilengkapi dengan chute = 24 buah yang
kakinya terpasang mengelilingi atap dapur listrik. Di dapur listrik terjadi
proses peleburan kalsin dan reduksi semua oksida yang terkandung dalam bijih
oleh anthrasit dan batubara melalui reaksi :
NiO + C--------- > Ni + CO
Co0 + C------ >Co+CO
Fe2O3 + C------- > 2 FeO + CO
Fe0 + C--------- > Fe + CO
|
( 95 % N i t e r e d u k s i )
( 95 % C o t e r e d u k s i )
( 100 % Fe203 tereduksi ) ( 60 % FeO tereduksi )
|
Cr203
+ 3 C
|
-- >
2 Cr + 3 CO
|
(
|
20
|
% Cr203 tereduksi)
|
P205 + 5 C
|
- >
2 P + 5 CO
|
(
|
90
|
% P205 tereduksi)
|
Mn0 + C
|
> Mn + CO
|
(
|
20
|
% MnO tereduksi)_
|
Si02 + C--------
|
>Si+ 2 CO
|
(
|
20
|
% Si02 tereduksi)
|
Oksida yang tidak tereduksi
akan diikat oleh Ca0 membentuk slag. Pemisahan antara ferronickel dan slag
dalam dapur listrik berlangsung karena perbedaan SG Slag mempunyai berat jenis
= 2,6 terletak di atas, sedangkan ferronickel (BJ=6,9) terletak di bawah..
Biasanya lapisan slag setebal 1-1,5 m, sedangkan lapisan ferronickel 40-80 cm.
Slag
dikeluarkan dari dapur listrik setiap 90.000 Kwh sebanyak 90 ton/setiap
pengetapan, dialirkan dan disemprot dengan air hingga tergranulasi ( berbutir
dengan ukuran 5-10 cm)
Ferronickel di
tap dari dapur listrik dan ditampung dalam ladle berkapasitas 18 ton kemudian dimurnikan.
d.
Pemurnian
Pemurnian dilakukan untuk menghilangkan
unsur pengotor seperti sulfur, carbon, silicon dan fosfor. Proses penghilangan
sulfur (de sulfurisasi) dilakukan dengan proses “Rhein Stall”, yaitu
menambahkan karbid dan soda abuu untuk mengikat sulfur yang terkandung dalam
metal. Produk de untuk mengikat sulfur
yang terkandung dalam metal. Produk de sulfurisasi adalah logam ferronickel
arang tinggi (H/C) yang komposisinya disesuaikan dengan pasar. Untuk pembuatan
ferronickel arang rendah (L/C) perlu dilakukan penghilangan unsur Si (de
silikonisasi), C (dekarbonisasi) dan P (de fosforisasi), yang dilakukan dalam
“shaking converter” yang berkapasitas 20 ton.
Kedalam logam ferronickel cair dihembuskan 02,
sehingga unsur Si, C dan P teroksidasi membentuk Si02, CO, dan P205,
yang kemudian akan diikat oleh Ca0 membentuk slag. Pemisahan slag dengan
ferronickel murni ( FENI) dilakukan skimming)
Tabel 3.1.
Spesifikasi Ferronickel
Unsur
|
HC ingot (%)
|
LC ingot (%)
|
LC shot (%)
|
Ni
|
18,72
|
21,41
|
21,07
|
Co
|
0,30
|
0,34
|
0,36
|
Si
|
1,18
|
0,10
|
0,08
|
C
|
2,21
|
0,006
|
0,006
|
S
|
0,003
|
0,013
|
0,010
|
Cr
|
1,65
|
0,08
|
0,07
|
Mn
|
0,04
|
Trace
|
trace
|
Sifat fisik Nikel :
- keras dan kuat, tahan korosi, SG = 8,8 dan Melting
point = 1455°C
Kegunaan Nikel
*
Paduan
nikel - tembaga
Perpaduan antara nikei
dengan tembaga dalam berbagai perbandingan) merupakan paduan yang tahan
terhadap korosi dan sifatnya liat. Sihingga dapat diproduksi dalam bentuk
lembaran , lempengan maupun kawat. Paduan antara 67 % Ni dan 30 % Cu dikenal
sebagai monel, berwarna putih, tensile strength nya 35 ton/ m2,
banyak digunakan untuk fire box lokomotif, pompa, klep, parang maupun hiasan.
*
Paduan
Nikel - perak
Paduan nikel - perak
dengan perbandingan 10-30 % Ni dan 50-65 % Perak dikenal sebagai spons maupun
fork, dapat digunakan sebagai fitting, dekorasi rumah.
*
Paduan
nikel - Chromium
Paduan ini dibentuk
dengan tujuan agar tahan temperatur tinggi, dikenal dengan nama NIMONIC yang
terdiri dari 80 % Ni, 20 % Cr. Biasanya ditambah dengan Ti, Al, Fe, Si. Paduan
ini tahan temperatur 1000° C , digunakan untuk rotor, blades, lampu
tabung, jetpipi, roket.
*
Paduan
Nikel - besi
Bersama
besi membentuk baja nikel yang dikenal sebagai STAINLESS STEEL, dengan jumlah
nikel 50-60 %. Penambahan nikel pada besi berarti mengurangi sifat kemagnitan
besi, bahkan bila nikel ditambahkan 28-30 % paduan antara nikel- besi tidak
bersifat magnet lagi. INVAR, merupakan carbon steel magnet, perpaduan antara
nikel , Al dan cobalt dengan perbandingan 15-20 % Ni, 812 % Al, 12-24 Co.
Paduan ini dapat digunakan untuk peralatan listrik, load speaker, motor listrik
dan radar.
3.4. EKSTRAKSI ZINC
Mineral yang penting adalah sphalerite (ZnS) yang biasanya berassosiasi dengan PbS atau sulfida
lainnya. Disamping itu mineral franklinite ( ZnO, MnO, Fe203)
termasuk mineral zinc tetapi tidak begitu penting. Kandungan Zn dalam ZnS
sekitar 3 %
Pemisahan pertama
dilakukan dengan differential flotation , dapat juga dilakukan dengan metoda
konsentrasi gravimetri .
a. Smelting
Zinc melebur pada 419°C
dan mendidih pada 906°C, sedangkan untuk mereduksi bijih dibutuhkan
temperatur 910-930°C, dimana zinc dalam keadaan menjadi uap. Uap
hasil pemanasan ini dikondensasikan sehingga didapat zinc dalam keadaan cair.
Sebelum dilakukan
smelting perlu dilakukan roasting yang dapat
mengubah ZnS menjadi ZnO yang nantinya direduksi dengan karbon atau karbon
monoksida.
1. Roasting ( pemanggangan)
Roasting dilakukan dalam
flash roaster atau multiple hearth roaster terhadap bijih zinc sulfida dan
diubah menjadi bijih oksida. Dalam pemanggangan ini diharapkan sulfur yang jumlahnya sekitar 30 % dapat
direduksi hingga menjadi 8 % saja. Setelah proses pemanggangan ini dilakukan
proses sintering ( penggumpalan) , karena juga dilakukan pemanasan maka
diharapkan sulfurnya tinggal 1 % saja
Reaksi pada roasting : ZnS + 3/2 02---------------------- > ZnO +
SO2
Gas SO2
dialirkan ke pabrik asam sehingga dapat diubah menjadi super phosphat maupun
ammonium sulfat yang merupakan bahan untuk pupuk.
1. Retorting
.Untuk mengolah zinc dapat digunakan retort, yang mana retort ini ada dua
·
macam, yakni horizontal retort dan
vertikal retort
i. Horizontal retort
Sebagai
umpan adalah hasil sintering ditambah coke atau batubara. Campuran ini
dimasukkan kedalam retort yang dilapisi dengan fire clay (jenis bata tahan api) atau silicon carbide. Campuran sinter
dengan batubara dipanaskan , sehingga timbul
gas , yang mana gas pertama kali yang timbul adalah gas dan batubara yang
terbakar, kemudian gas ini mereduksi ZnO dengan reaksi :
ZnO + C---------------- >
Zn + CO.....................................
|
(
|
1 )
|
Dapat juga terjadi reaksi bertahap :
|
|
|
ZnO + CO-------------- >
Zn + CO2...............................................
|
(
|
2 )
|
Karbon dioksida direduksi menjadi karbon
monoksida
CO2 + C---------------- >
2 CO...........................................
|
(
|
3 )
|
Perlu diperhatikan bahwa karbon dioksida mudah sekali mengoksidasi zinc sehingga
membentuk kembali ZnO , yang mana hal
ini terjadi pada dibawah 1000°C. Pada temperatur 1000°C keatas
gas yang terbentuk sedikit mengandung
karbon dioksida, maka sebaiknya proses retorting harus dilakukan pada temperatur di atas 1000°C., hanya
saja konsekuensinya membutuhkan panas yang relatif besar
Campuran
antara sinter dengan batubara merupakan material
yang tidak begitu konduktor , sehingga panasnya tidak begitu cepat merata, maka dalam meletakkan material
ini dibuat ketebalannya tipis agar pemanasan cepat merata.
Pada pekerjaan yang besar-besaran dinding retort
dapat menangkap karbon dioksida, sehingga
dapat mengurangi proses oksidasi kembali terhadap Zn..
a.
Di dalam reflux (A) , zinc dan cadmium akan
menguap dan ditangkap oleh kondenser (G) untuk dicairkan lagi. Sedangkan besi
dan lead tetap tinggal dalam bentuk cair , ditampung dalam tempat penampungan
(J)
b. Zinc dan cadmium dimasukkan
ke reflux (B) untuk dipanaskan
c. Di dalam reflux (B) cadmium akan menguap dan
dikondensasikan pada kondenser (H), sedangkan zinc masih dalam bentuk cair dan
ditampung dalam penampungan zinc murni.
5.
Elektrolisis
Suatu cara lain untuk mendapatkan metal zinc adalah
dengan cara elektrolisis. Hal ini dapat dilakukan apabila biaya untuk sewa
tenaga listrik lebih murah daripada biaya untuk bahan bakar dalam proses
retorting. Lead biasanya sangat korosif terhadap refraktori, oleh karena itu
pengolahan biasanya dilakukan dengan cara elektrolisis.
Bijih
sebelum dilakukan elektrolisis dilakukan pemanggangan terlebih dahulu baru kemudian dilarutkan dengan asam sulfur untuk mendapatkan zinc
sulfat. Larutan ini kemudian dilakukan electrowinning, sehingga didapatkan
metal zinc.
a. Roasting
Zinc yang akan dilarutkan dalam sulfuric acid
perlu dipanggang untuk nantinya mengubah dari sulfida menjadi larutan asam
oksida. Apabila pemanggangan ini dilakukan secara hati-hati maka akan
didapatkan zinc sulfat dengan reaksi sbb :
ZnO + SO2 + 0,5 02----------------- >
ZnSO4
Hal
ini sangat diinginkan karena akan menambah terbentuknya zinc sulfat.
Temperatur pemanggangan
dibuat 600-700°C . Apabila temperaturnya terlalu
tinggi maka akan terbentuk ferrite ( ZnO Fe2O3 ) yang mengandung besi. Zinc oksida bila dalam bentuk larutan asam sulfat merupakan sumber utama hilangnya metal zinc. Besi yang ada dalam ore sebagai sulfida mudah sekali teroksidasi pada temperatur rendah, baru kemudian zinc sulfida, Oleh karena itu perlu dilakukan secara hati-hati.
tinggi maka akan terbentuk ferrite ( ZnO Fe2O3 ) yang mengandung besi. Zinc oksida bila dalam bentuk larutan asam sulfat merupakan sumber utama hilangnya metal zinc. Besi yang ada dalam ore sebagai sulfida mudah sekali teroksidasi pada temperatur rendah, baru kemudian zinc sulfida, Oleh karena itu perlu dilakukan secara hati-hati.
b. Leaching. ( pelindian)
Ore hasil roasting
dilakukan pelarutan dalam asam sulfat yang nantinya berfungsi
sebagai electrolytenya, disamping itu banyak juga metal lain yang ada dalam larutan seperti arsenic, antimony, besi, alluminium, tembaga, semuanya bercampur dengan zinc oksida dan zinc sulfat. Dengan adanya metal lain yang ikut larut , hal ini akan menghambat mengendapnya zinc dalam katode.
sebagai electrolytenya, disamping itu banyak juga metal lain yang ada dalam larutan seperti arsenic, antimony, besi, alluminium, tembaga, semuanya bercampur dengan zinc oksida dan zinc sulfat. Dengan adanya metal lain yang ikut larut , hal ini akan menghambat mengendapnya zinc dalam katode.
c. Solution dan purification
Ore hasil pemanggangan
yang sudah dilarutkan tentunya tidak semuanya menjadi
larutan, sebab ada metal lain yang tidak larut. Untuk memisahkan antara larutan dengan padatan digunakan thickener, namun sebelum dimasukkan kedalam thickener terlebih dahulu dimasukkan kedalam agitator yang dilengkapi dengan air lift maupun rake sebagai pengaduk. Overflow dari proses thickening yang
larutan, sebab ada metal lain yang tidak larut. Untuk memisahkan antara larutan dengan padatan digunakan thickener, namun sebelum dimasukkan kedalam thickener terlebih dahulu dimasukkan kedalam agitator yang dilengkapi dengan air lift maupun rake sebagai pengaduk. Overflow dari proses thickening yang
merupakan larutan zinc
dilakukan purifikasi untuk memisahkan besi, alumnia dan antimoni. Sedangkan underflow nya dirnasukkan ke lead smelter untuk
mendapat kan lead, silver, dan metal lain yang tak larut bersama-sama dengan
zinc. Overflow thickener dicampur dengan lime untuk mengendapkan besi, alumina,
arsenit, antimony yang dengan menggunakan filter dapat dipisahkan dari larutan.
Setelah dilakukan pemisahan , larutan ditambah dengan bubuk zinc untuk
mengendapkan tembaga dan cadmium, sedangkan untuk mengeleminir kobalt, kedalam
larutan ditambahkan notroso naphtol
d.
Elektrolisis
Biasanya
digunakan tanki yang tahan terhadap asam dan dilapisi dengan lead, berukuran
panjang 12-13 ft, lebar 3-4 Ft, kedalaman 4 ft. Electrolyte dialirkan dari shel
yang satu ke shel yang lain dengan cara gravitasi. Anoda biasanya terbuat dari
lead yang tipis setebal 0,5 inch, sedangkan katodenya berupa zinc yang tipis
atau lembaran alluminium. Zinc sulfat electrolyte dilakukan dielektrolisa akan
didapatkan endapan zinc, sedangkan larutan sulfatnya dikembalikan ke cell
pertama untuk melarutkan sicn ore , sehingga terjadi cyclus. Proses ini
dilakukan
selama 2-3 hari. _
KEGUNAAN ZINC
Untuk alloy (sebagai brass ) campuran antara Cu
dengan Zn. Untuk alloy (sebagai brass) ,
untuk peralatan / perlengkapan mobil seperti radiator, untuk atap suatu
bangunan, alat cetak, reagent.
5. PENGOLAHAN TIMAH HITAM/ TIMBAL/ LEAD
Mineral
utama dari timbal adalah Galena ( PbS) yang merupakan sulfida ore, sedangkan
mineral karbonat yang penting adalah cerrusite. Timbal pada umumnya
berassosiasi dengan perak, zinc, tembaga dan lain-lainnya.
Untuk
memisahkan / mengkonsentrasikan tahap awal adalah digunakan flotasi, sehingga
didapatkan konsentrat Pb dan juga konsentrat Zn. Disamping itu apabila ore nya
berbutir kasar maka dapat dilakukan dengan cara konsentrasi gravitasi.
Lead sulfida tidak dapat
langsung direduksi dengan karbon, hal ini disebabkan karena lead mempunyai
afanitas yang besar terhadap sulfur baru
kemudian terhadap karbon. Oleh karena itu PbS konsentrat pertama-tama harus
diubah terlebih dahulu ke senyawa oksida dengan jalan dilakukan pemanggangan,
baru oksidanya direduksi dengan karbon dalam tanur tiup.
Di
dalam tanur tiup umpan harus dilakukan sintering terlebih dahulu (sebab hasil
flotasi berbutir halus) sedangkan dalam tanur tiup akan ditiupkan udara, jika tidak digumpalkan maka umpan akan
berhamburan sehingga banyak kehilangan metal.
1. Roast - sintering
Proses ini dilakukan dalam Dwight lloyd machine.
Lead konsentrat hasil flotasi yang halus dicampur dengan fiuks dan air
dimasukkan kedalam moving pellet machine , yang mempunyai reaksi :
PbS + 3/2 (02)
|
|
> Pb0 +S02
|
|
Dalam proses ini , air yang ditambahkan akan
menguap sehingga mengakibatkan sinter menjadi porus , sulfur masih sekitar 2 %.
2
Smelting
Smelting dilakukan pada
reverberatory furnace . Umpan yang terdiri sinter hasil roasting dan sintering
, 10 % coke dan limestone (fluks) dimasukkan lewat bagian atas tanur
tiup. Pada umumnya tanur tiup mempunyai lebar 4 ft panjang 15 ft dan tinggi 28
ft dengan jumlah tuyere 16-24 buah. Cruiceble dilapisi dengan refractory brick , sedangkan tanurnya dilengkapi dengan water
jacket.
Limestone yang dimasukkan akan mengalami dekomposisi pada
temperatur 10001200° C , CO yang terbentuk dari reaksi antara coke
dengan udara nantinya akan mereduksi lead oksida dengan reaksi :
C + 02
C + CO2
|
|
|
> CO2 > 2 CO
|
|
|
||
|
|
Proses reduksi lead oksida adalah sbb :
Pb0 + CO----- >
CO2 + Pb
2 PbO + C CO2
+ 2 Pb
Calcium oksida hasil deomposisi
limestone bersama-sama dengan FeO, A1203 dan SiO2
akan masuk ke slag. Susunan hasil peleburan
timbal dalam tanur tiup adalah sebagai berikut :
Lead Bullion , terletak paling bawah karena SG paling
besar
Matte dengan kandungan Cu dan Fe sulfida
Speiss dengan besi, kobalt dan nickel
Slag dengan kandungan besi oksida , silika dan lime
Speisses adalah campuran
antara molten metal yang mengandung arsenit dan antimonit.
Hasil lainnya adalah
fumes dan flue dust yang keluar lewat bagian atas tanur tiup, yang biasanya masih mengandung 10 % lead dan
sejumlah metal lainnya, oleh karena itu perlu ditangkap kembali Untuk menangkap
kembali logam lead ini dapat dilakukan dengan
a. Cara settling ( pengendapan) : alat yang
digunakan adalah siklon dust separator Cara kerjanya debu yang bercampur dengan gas dimasukkan
lewat inlet dan diusahalan bahwa masuknya debu dan gas ini menyinggung dinding
dalam
Molten bullion yang ada didalam kettle diaduk
secara mekanis dan temperatur dijaga 400 ° C. Pada kondisi ini akan timbul
dross / scum dan tembaga yang menjadi solid dan dilakukan skimming. Setelah itu akan timbul dross lagi yang dibiarkan tetap tinggal didalam
kettle , karena dross yang kedua ini adalah lead dross yang kemudian ditambah
dengan sulfur. Diharapkan dengan adanya drossing ini tembaga yang tinggal 0,01
% , namun didalam crude metal masih ada impuritis seperti arsenic dan
antimonite serta perak.
Sebelum menghilangkan
arsenite dan antimonite perlu dilakukan penghilangan perak . Softening (penghilangan
antimonite dan arsenite) dilakukan didalam reverberatory furnace yang disebut
" Harris process softening". Di dalam tanur pantul , metal dilelehkan
dan ditambah udara serta dilakukan pengadukan. Pemasukan udara ini merupakan
oksidator, sehingga terbentuklah impuritis yang mengapung dipermukaan berupa As203,
SnO2 dan Sb205.
Timbal cair panas
dicampur dengan caustic soda dan nitre (sodium nitrat) akan terbentuk impuritis
sebagai alkali oksida, sodium antimonite, sodium arsenat dan sodium stannate
Tabel 3.5-1
Perkiraan besarnya tonnage dan komposisi lead
dalam pemurnian
Produk
|
ton
|
% Pb
|
% Cu
|
% As
|
`)/0 Sb
|
% Zn
|
Au,oz
|
Ag/to
n
|
Lead bullion
|
100
|
98
|
0,5
|
0,2
|
1,0
|
-
|
0,05
|
80
|
Dross
|
0,3
|
55
|
30
|
5
|
0,6
|
-
|
0,01
|
15
|
Dross lead bullion
|
99,7
|
98,5
|
0,01
|
0,1
|
0,8
|
-
|
0,05
|
80
|
Softener slag
|
7,3
|
65,2
|
0,005
|
1,5
|
10,5
|
-
|
-
|
-
|
Soft lead bullion
|
92,4
|
99,9
|
0,005
|
0,004
|
0,02
|
|
0,005
|
84
|
Silver Zn Alloy
|
1
|
20
|
-
|
-
|
-
|
60
|
4,2
|
6000
|
De-Ag De-Zn lead
|
92
|
99,98
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
0,1
|
Marked lead
|
91,5
|
99,99
|
Tr
|
Tr
|
0,003
|
-
|
-
|
0,08
|
Antimonit lead ex softener slag
|
1,5
|
85
|
-
|
0,3
|
14
|
-
|
-
|
-
|
Retort bullion ex
silver zinc alloy
|
0,3
|
45
|
1
|
-
|
-
|
6
|
9,6
|
16500
|
Pada
Desilverisasi yang perlu diingat adalah :
a.
Perak
lebih senang terhadap zinc daripada lead, sehingga akan terbentuk Ag-Zn
b. Terak yang, terbentuk
(Zn-Ag) dihilangkan dengan menambahkan charcoal kedalam terak, kemudian
dipanaskan dalam retort pada temperatur 2200°F, maka zinc nya akan
menguap dan residunya berupa Ag atau kadang-kadang berupa camas..
6. PENGOLAHAN EMAS
Emas
di alam terjadi bersama-sama dengan perak,
tembaga, timbal dan juga zinc. Mineral utama
adalah Tellurides, sylvanit, calaverite. Kegunaan dari emas adalah untuk alat pengontrol dalam
peleburan, klep radio, uang, perhiasan.
Standar kemurnian emas dinyatakan dalam karat, yakni 24 karat. Apabila emas dikatakan 18 karat, berarti 18 bagian adalah emas , sedangkan
yang 6 bagian adalah campurannya/ paduannya. Untuk perhiasan
biasanya emas dipadukan dengan tembaga, perak bahkan
kadangkala dengan zinc. Misal untuk cincin kawin 22 karat, ini terdiri dari 91,7 % emas, 6,3 %
tembaga dan 2 % perak.
Standar
emas dalam dunia metallurgi dinyatakan dalam "fine", yakni 1000 fine. (bila emas dalam keadaan murni ) . Jika emas dinyatakan dalam
900 fine, berarti 900 bagian adalah emas sedangkan 100
bagian adalah paduannya.
Teknologi
proses ekstraksi bijih emas , pada umumnya ditentukan oleh sifat-sifat kimia, fisik dan mineralogi dari bijih yang akan diolah. Ada
beberapa teknologi yang banyak dikembangkan di
Indonesia ini, yaitu proses amalgamasi, cyanidasi, flotasi, gravity konsentrasi
(palong bertingkat, panning) dan peleburan
Proses
amalgamasi umumnya dilakukan untuk bijih atau untuk konsentrat yang berkadar
tinggi ( > 20 gram / ton ) dan mempunyai ukuran butir emas yang relatif
besar yaitu > 74 mikron , meskipun demikian perolehannya hanya sekitar 40-60 % saja.. Sedangkan proses cyanidasi pada umumnya dilakukan
untuk bijih oksida yang mengandung emas dengan kadar antara 4- s.d 11 gram/ ton
dengan ukuran butir 5 s.d 147 mikron.Proses cianidasi terhadap bijih emas
berkadar tinggi biasanya hasilnya
tidak memuaskan,
sebab tailingnya masih
berkadar tinggi. Untuk Flotasi
ukuran butirnya sekitar 5 s.d 200 mikron dan pada peleburan semua ukuran dapat terutama kadar tinggi. Pada umumnya proses konsentrasi gravimetri maupun flotasi digunakan untuk membantu proses amalgamasi dalam meningkatkan kadar, sedangkan mengenai ukuran butir dapat halus maupun kasar tergantung pada proses yang digunakan.
ukuran butirnya sekitar 5 s.d 200 mikron dan pada peleburan semua ukuran dapat terutama kadar tinggi. Pada umumnya proses konsentrasi gravimetri maupun flotasi digunakan untuk membantu proses amalgamasi dalam meningkatkan kadar, sedangkan mengenai ukuran butir dapat halus maupun kasar tergantung pada proses yang digunakan.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut
Woodcock,JT dkk, 1976, dalam bukunya yang berjudul " The Metallurgy of
Gold and silver with reference to other precius metal " , bahwa proses
pengolahan emas dan perak ditentukan oleh sifat mineraloginya, ukuran dan
distribusi emas perak dalam bijih, mineral yang menyertainya
Bijih
emas di alam pada umumnya terdapat sebagai elemen (native gold) atau sebagai
senyawa dengan logam lain. Sifat ini berpengaruh terhadap proses pengolahannya,
terlihat pada tabel 3.6-1. , sedangkan mengenai hubungan ukuran butir dengan
proses pengolahannya dapat dilihat pada gambar 3.6-1
Dari Gambar 3.6-.1 dapat
dijelaskan bahwa proses amalgamasi hanya cocok untuk ukuran butir emas yang
macro ( 74- 589 mikron), proses cyanidasi ukuran butir
Hampir semua mineral emas-perak dapat diflotasi
dengan menggunakan collector xanthat, namun ada beberapa mineral untuk
mendapatkan emas-perak perlu dilakukan pemanggangan ( roasting)
TABEL 3.6-1
HUBUNGAN MINERAL EMAS DENGAN PENGOLAHAN 1)
Mineral
|
Komposisi kimia
|
sifat yang menjadi dasar
pengolahannya
1. warna
2. bentuk
3. BJ tinggi (12-20)
4. Ketempaan
5. membentuk amalgam
6. larut dalam larutan
|
Native Gold
|
50-90 % Au')
|
|
Electrum
|
AuAg2)
|
Seperti untuk native gold
|
Tellurides3) Sylvanite
- Calaverite petzite Nagyagite
|
-
_ AuAgTe4 - AuTe2
AuAg3Te2
Au(Pb,Sb,Fe)8(S,Te)11
|
1. Lambat larut dalam
larutan cyanida
2. Dapat diflotasi dengan
xanthate
3. dapat di "roast" untuk
menghasilkan emas |
Maldonite
|
Au2Bi
|
Tidak banyak diketahui
|
Aurostibite
|
AuSb2
|
Tidak banyak diketahui
|
Native Amalgam
|
(Au,Ag,Hg)
|
1. BJ tinggi
2. Membentuk amalgam
|
Auriferous pyrite4)
|
FeS2 yang mengandung s/d 300 g/ton Au
|
1. Dapat diflotasi dengan
xanthate .
2.
dapat di "roast' untuk
menghasilkan emas
I. Dapat diflotasi pada
berbagai kolektor
2. Dapat dilebur untuk
merecover emas |
Auriferous base metal sulphides)
|
...
_
|
Keteranean :
1)
Sisanya
adalah perak atau tembaga
2)
Mengandung
50 % (atom) emas
3)
Ada
tellurides lainnya
4)
Emasnya berukuran submicroscopic. Auriferos arsenopyrite
juga ada
5)
Terdiri
dari chalcopyrite dan stibnite
TABEL 3.6-2
HUBUNGAN MINERAL PERAK DENGAN PENGOLAHANNYA
Mineral
|
Komposisi
|
sifat-sifat yang menjadi
dasar pengolahan
|
Native silver
|
Ag
|
1. Bentuk
2. BJ tinggi (10-11)
3. Ketempaan
4. Membentuk amalgam 5.. Larut dalam larutan
6. Larut dalam thiosulfat
7. Dapat diflotasi dengan xanthat
|
Cerrargyrite
|
AgC1
|
1. Larut dalam larutan cyanida
2. Larut dalam thiosulfat
3. Larut dalam asam brine
4. Dapat diflotasi dengan xanthat
|
Sulphides
- Argentite
- Pyrargyrite
- Proustite
- Polybasite
- Argentiferous
Tetrahedrite
|
.
Ag2S
3 Ag2S.Sb2S3
3 AgS.As2S3
9 (AgCu)2S(SbAs)S3
4(Cu2S .Ag2S)Sb2S3
|
1. Dapat diflotasi dengan Xanthat
2. Sebagian larut.dalam larutan cyanida
3.
Diolah dengan berbagai cara (Roasting dsb)
|
Argentiferous
galena
|
PbS yang mengandung s.d 900 g/t Ag (0,09%)
|
Dapat diflotasi
dengan xanthat
|
-Argentiferous
manganese oxida
|
Mn02
yang mengan dung A
|
Membutuhkan pengolaban khusus
|
6-.1. AMALGAMASI
Amalgamasi
adalah proses pembasahan atau penyelaputan partikel emas olehair raksa dan
membentuk amalgam (Au-Hg). Amalgamasi merupakan proses ekstraksi emas yang
paling sederhana dan murah, akan tetapi proses ini efektif untuk bijih emas
yang berkadar tinggi dan mempunyai ukuran butir kasar (>74 mikron) dan dalam
bentuk emas murni yang bebas (free native gold).
Jika partikel terlalu halus atau terselubung oleh
mineral lain , membuat proses amalgamasi tidak memuaskan. Kemampuan
terbentuknya amalgam juga dipengaruhi oleh kebersihan pennukaan butir emas,
karena proses amalgamasi sensitif terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
kontak antara air raksa dengan emas murni.')
Proses
amalgamasi merupakan proses kimia fisika, apabila amalgamnya dipanaskan , maka
akan terurai menjadi elemen-elemen yaitu air raksa dan bullion emas. Amalgam
dapat terurai dengan pemanasan didalam sebuah retort, air raksanya akan menguap
dan dapat diperoleh kembali dari kondensasi uap air raksa tersebut. Sementara
Au-Ag tetap tertinggal di dalam retort sebagai logam.
Pada
umumnya recovery emas yang dperoleh dengan cara amalgamasi tidak terlalu
tinggi, bervariasi antara 40-70 % 6). Hal ini
disebabkan antara lain karena
emas murni yang sangat
halus akan sukar terapung dan sukar kontak dengan air raksa. Disamping itu
adanya lapisan oksida yang melapisi permukaan partikel emas dapat menyebabkan
terhalangnya kontak antara emas dan air raksa, sehingga emas kehilangan
kemampuannya untuk diamalgamasi. Untuk bijih emas yang mengandung emas bebas
dengan permukaan bersih dan berbutir kasar , cara amalgamasi cukup effektif
untuk merecover emas, sehingga kadang-kadang dapat dihasilkan recovery sebesar
85-95 %.
Faktor yang berpengaruh
pada proses amalgamasi
a. Ukuran partikel emas
Ukuran partikel emas
yang relatif kasar, yaitu yang berukuran 74-589 mikron adalah ideal untuk
proses amalgamasi . Hal ini disebabkan karena pada ukuran tersebut partikel
emas sudah terliberasi dan akan tenggelam ke dasar alat amalgamasi dan dengan
mudah akan kontak dengan air raksa. Ukuran yang terlalu halus ( < 50 um) umumnya akan terapung dan sulit untuk kontak dengan air raksa yang
berada di dasar peralatan amalgamasi. Sedangkan ukuran di atas 589 urn (0,5 mm)
sangat jarang terdapat dalam bijih emas primer.
b. Permukaan partikel emas
dan air raksa
Kemampuan- membentuk
amalgam ditentukan .oleh keadaari permukaan partikel emas , karena semakin
bersih permukaan partikel emas maka semakin mudah dibasahi oleh air raksa . Selain
itu juga.ditentukan oleh bersih tidaknya permukaan air raksa yang
digunakan. Hal ini mudah dimengerti karena lapisan pengotor akan menghalangi
pembasahan dan penyelaputan antara air raksa dan partikel emas yang
bersangkutan.
c. Jumlah air raksa yang digunakan
Semakin
besar jumlah air raksa yang digunakan dalam proses amalgamasi, maka kontak
antara air raksa dan partikel emas juga semakin mudah, sehingga recovery akan
semakin tinggi. Tetapi akan menambah jumlah kehilangan air raksa .
Bila jurnlah air raksa yang digunakan terlalu
sedikit , berarti bahwa kontak antara air raksa dengan emas juga semakin kecil.
Jumlah
air raksa yang digunakan biasanya tergantung pada kadar emas dalam bijih ,
sifat bijih emas dan juga jenis dan ukuran peralatan amalgamasi yang digunakan.
d. Waktu amalgamasi
Semakin lama waktu yang digunakan sampai batas
tertentu dalam proses amalgamasi, maka recovery akan semakin tinggi . Hal ini disebabkan karena waktu kontak antara
partikel emas dengan air raksa semakin besar pula . Waktu amalgamasi juga
tergantung pada besar ukuran butir emas,-semakin halus ukuran butir emas
berarti semakin lama waktu amalgamasi yang dibutuhkan.. Hal ini disebabkan
karena partikel emas yang halus akan lebih sulit untuk dibasahi oleh air raksa.
Ukuran butir emas yang bebas dan relatif kasar akan
membutuhkan waktu yang lebih
singkat. Waktu kontak amalgamasi biasanya sekitar satu jam sampai beberapa jam.
e. Persen Solid
Persen solid yang digunakan dalam proses
amalgamasi biasanya sekitar 30-50 % solid. Persen solid yang terlalu tinggi (> 50 %) akan menyulitkan pergerakan
butiran emas dalam pulp
sehingga kontak dengan air raksa juga semakin sulit. Tetapi sebaliknya untuk
persen solid yang terlalu rendah memang akan memudahkan kontak antara butiran
emas dengan air raksa, tetapi kapasitas produksinya akan rendah.
f. Kecepatan putar amalgamator
(gelondong)
Kecepatan putar
amalgamator perlu ditentukan sehingga tidak terjadi proses bijih yang ada
didalam amalgamator tetap menempel pada dinding amalgamator, karena perputaran
amalgamator sama dengan kecepatan kritis. Kecepatan kritis adalah kecepatan
yang membuat bijih dan grinding media menempel pada dinding amalgamator, yang
dirumuskan sbb :
76,2
Kecepatan kritis (KK) = ------------ rpm
D0,5
D = diameter amalgamator (feet)
Kecepatan putar
yang dipakai biasanya antara 65-80 % kecepatan
kritis. Apabila
gelondongnya menggunakan batang-batang baja sebagai grinding media sebaiknya kecepatan putamya jangan sampai lebih dari 65 %, sebab grinding media akan menjadi tidak teratur
gelondongnya menggunakan batang-batang baja sebagai grinding media sebaiknya kecepatan putamya jangan sampai lebih dari 65 %, sebab grinding media akan menjadi tidak teratur
g. Mineral-mineral pengganggu
Mineral pengganggu bersama mineral emas biasanya adalah :
* Sulfida dari Cu, Pb, dan Zn, yang dapat bereaksi dengan
permukaan air raksa sehingga menyebabkan air raksa kehilangan kemampuannya
untuk membasahi partikel emas.
* Oksida besi yang dapat
menyelimuti permukaan partikel emas , sehingga menyebabkan partikel emas
tctrsebut sulit dibasahi oleh air raksa.
h. Bahan yang perlu ditambahkan
Untuk mempertinggi recovery dalam proses
amalgamasi, biasanya ditambahkan beberapa bahan imbuh seperti CaO, NaOH dan
lain-lain, agar pulp suasana dapat netral atau lebih basa.
6-.2. CYANIDASI
Sebagian besar produksi emas dunia dihasilkan dengan proses cyanidasi. Metode ini
sering dipakai untuk mengambil logam emas, karena mempunyai keunggulan, yaitu :
1. Cyanidasi dapat digunakan untuk mengekstraksi
bijih emas kompleks dan berkadar rendah.
2. Recovery ( perolehannya)
lebih tinggi dari cara lain.
Proses cyanidasi yang termasuk dalam cara hydrometallurgy,
mempunyai dua tahap penting, yaitu proses pelarutan dan proses pengambilan
logam dari larutan kaya.
Pelarut yang digunakan dalam proses cyanidasi adalah
1. NaCN ( Sodium cyanide)
2. KCN ( Potassium cyanide)
3. Ca (CN)2 ( Calcium cyanide)
4. Campurari ketiganya.
Reagen
yang sering digunakan adalah NaCN, sebab mempunyai kekuatan pelarut emas yang
iebih besar dari pelarut lainnya.Secara umum reaksi pelarutan Au dan Ag adalah
sebagai berikut :
4 Au + 8 CM + 02 + 2 H2O
--------- > 4 Au(CN)2-
+ 4 OH -
4 Ag + 8 CN + 02 + 2 H20 ---------- > 4 Ag(CN)2+ + 4 OH-
Pada reaksi pelarutan
ini dibutuhkan 02 agar Au maupun Ag mudah terlarut.
Pada
tahap kedua yakni pengambilan loga.m dari larutan kaya dapat dilakukan dengan
pengendapan dengan menggunakan serbuk Zn (Zinc precipitation), penyerapan dengan
karbon aktif ( Activated carbon).
Jika
digunakan metode pengendapan dengan menggunakan serbuk Zn, maka larutan kaya
hams dihilangkan dari udara, maka perlu dilakukan de aeration. Sebab kalau
masih ada 02 , maka Zn akan bereaksi dengan 02, dan kerja
Zn tidak effektif. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
2
Zn + 2 NaAu(CN)2 + 4 NaCN + 2 H2O .--> 2 Au + 2 NaOH +
2Na2Zn(CN)4+ H2
2 Zn + 2 NaAg(CN)2
+ 4 NaCN + 2 H2O ---> 2 Ag + 2 NaOH + 2Na2Zn(CN)4+
H2
Penggunaan serbuk Zn merupakan salah sate cara yang
effektif untuk larutan yang mengandung konsentrasi emas kecil. Serbuk Zn yang
ditambahkan kedalam larutan akan mendesak emas dan perak dari ikatin kompleks
cyanida dan mengendapkan logam emas dan perak tersebut. Prinsip pendesakan ini
mendasarkan deret Clenel, yang disusun berdasarkan perbedaan urutan aktivitas
elektrokimia dari logam-logam dalam larutan cyanida, yaitu : Mg, Al, Zn, Cu,
Au, Ag, Hg, Pb, Fe, Pt. Setiap logam yang berada disebelah kiri dari ikatan
kompleks cyanidanya dapat mengendapkan logam yang digantikanya. Jadi sebenamya tidak
hanya Zn yang dapat mendesak Au,Ag, tetapi Cu maupun Al dapat juga dipakai,
tetapi karena harganya lebih mahal maka lebih baik menggunakan Zn. Proses
pengambilan emas-perak dari larutan kaya dengan menggunakan serbuk Zn ini
disebut "proses Merill Crowe"6)
Metode lain untuk
mendapatkan logam emas perak dari larutan kaya adalah dengan penyerapan
menggunakan karbon aktif (dikenal sejak 1880).
Proses penyerapan dengan
karbon aktif ini dapat dilakukan dengan cara pengadukan , dimana pulp masih
bercampur dengan tailing (ampas). Cara ini disebut dengan Carbon in pulp (CIP).
Proses penyerapan juga dapat dilakukan dengan cara aliran / sirkulasi, dimana
ampas (tailing) telah dipisahkan baru dimasukkan karbon aktif. Cara ini disebut
Carbon in leach ( CIL). Karbon aktif yang digunakan biasanya berukuran + 16
mesh - 8 mesh.
Emas dan perak diperoleh kembali dari karbon aktif dengan
cara absorbsi kembali ( de sorption), menggunakan suatu campuran larutan
etanol, NaOH, NaCN pada suhu sekitar 900 C dan tekanan
diatas 1 atm. Hasilnya adalah larutan yang sangat kaya emas dan perak, yang
selanjutnya diambil emasnya dengan cara elektrolisa.
Dibandingkan dengan cara konvensional yaitu pengendapan
dengan serbuk Zn , penggunaan karbon aktif untuk mendapatkan emas dan perak
dari larutan kaya
NaCN + H2O + CO2--------- > NaHCO3 +
HCN
Akibatnya terjadi reaksi yang dapat menghasilkan HCN.
Sodium
hidroksida (NaOH) , natrium karbonat, dan kapur (CaO) dapat digunakan untuk
mengatur pH pulp. Kapur lebih umum digunakan karena disamping pertimbangan
ekonomis, penggunaannya sangat menguntungkan, sebab :
*
Mencegah
kehilangan cyanida yang disebabkan oleh CO2 yang berasal dari udara.
Dengan adanya CaO, reaksi antara CO2 dan NaCN tidak akan terjadi,
karena CO2 akan bereaksi dengan kapur membentuk kalsium karbonat (
CaCO3) yang tidak larut :
CaO + CO2 ----> CaCO3
*
Menetralkan
senyawa asam yang mungkin terdapat dalam bijih. Senyawa asam yang terbentuk
selama proses cyanidasi, misalnya H2SO4 yang berasal dari
mineral sulfida dalam bijih, akan dinetralkan dengan reaksi :
Ca2+ + S042- ------------- > CaSO4
Dengan demikian akan menurunkan pH yang akan
mempercepat proses hidrolisa dapat dicegah.
*
Untuk
membantu pengendapan partikel berukuran halus,_ sehingga larutan kaya dapat
terpisah dari tailing,
c. Waktu pelarutan
Waktu pelarutan
emas akan lebih singkat daripada perak. Pada umumnya perak memerlukan dua kali
waktu pelarutan emas 4). Dalam kenyataannya apabila ada bijih
mengandung logam emas dan perak, maka waktu pelarutan ditentukan agar cukup
untuk melarutkan perak , karena otomatis emasnyapun akan ikut larut. Waktu
pelarutan yang semakin lama , akan memberikan kesempatan pada partikel emas dan
perak untuk kontak dengan larutan cyanida , sehingga persen ekstraksi akan
naik, tetapi kenaikan persen ekstraksi ini terbatas, yaitu jika waktu kontak
telah maksimum, maka persen ekstraksi tidak akan naik lagi.
c. Suhu pulp
Secara umum bila suhu naik maka kecepatan
pelarutan emas juga akan semakin tinggi. Akan tetapi meningkatnya suhu diikuti
dengan penurunan kelarutan oksigen.
Menurut Julian dan Smart," jika emas
dilarutkan dalam larutan yang mempunyai konsentrasi 0,25 % KCN dengan suhu
0-100° C, kecepatan pelarutan emas maksimum dicapai pada suhu 85°
C walaupun jumlah kelarutan oksigen pada suhu tersebut hanya setengah dari
jumlah kelarutan oksigen pada suhu kamar. Diatas 85° C kecepatan
pelarutan emas turun sedikit.
7. PENGOLAHAN ALUMINIUM
Aluminium merupakan bahan yang baik untuk peralatan tahan
terhadap korosi sebagai bahan konduktor yang baik. Aluminium yang murni
sifatnya lunak, bisa npa, SG = 2,7, mempunyai berat 168 lb/ft3,
leleh pada temperatur 658° C, kekerasan ell = 20-25, thermal
conductivity = 0,5 cal/cm/see C, tensile strenth nya rendah = 4n/ inch'
Aluminium
banyak dijumpai dalam batuan karena merupakan unsur pembentuk ak bumi. Mineral
utamanya adalah bauxite, banyak dijumpai dalam clay, slate, Akan dijumpai pula
pada abu batubara. Bauxite biasanya mengandung 60 % Al dan ing rendah 40 %
NGOLAHAN
Untuk memproduksi alumina digunakan cara Bayer
process. Bauxite dihancurkan ngan menggunakan mill, kemudian dilarutkan dengan
menggunakan caustic soda. irutan alumina dipisahkan dari oksida besi, silika
maupun impuritis yang lain (sebagai d mud) dengan menggunakan filtrasi.
Sodium
aluminate yang berupa larutan diendapkan aluminanya dengan enambahkan aluminium
hidroksida murni. Endapan disaring, dikeringkan dan dikalsina kan pada rotary
kiln sampai temperatur 1150° C, maka akan didapatkan aluminium ksida
murni dengan kadar 99,4 % sebagai bubuk putih. Alumina yang dilarutkan dalam
aram lebur (cryolite) pada temperatur 1000°C di elektrolisis dengan
melewatkan arus istrik mcialui elektroda. Alumina akan terurai menjadi oksigen
dan metal, dimana metal air (molten metal) akan mengendap di dasar cell. Proses
ini berlangsung secara terus nenelus, seitingga aluminium yang dihasilkan
dilebur dan dituang dalam bentuk ingot
ELECTROLYSIS
Proses
elektrolisis dilakukan dalam tangki persegi panjang dengan ukuran panjang 12 ft
, lebar 10 ft, tinggi 3 ft terbuat dari baja dan dilapisi dengan refractory
carbon. Sebagai katode adalah besi batangan diletakkan di bawah pelapis ,
sedangkan anodanya adalah coke yang berupa bubuk yang dicampur dengan perekat
(binder) kemudian dicetak dalam bentuk block yang digantungkan dalam bulbar.
Anoda ini dapat juga terbuat dari kotak aluminium yang dilapisi dengan coke dan
pitch. Setelah arus listrik dialirkan, maka akan terbentuk endapan dalam dasar
tanki, yakni aluminium