ELEKTROMETALLURGI
DA.FTAR
ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..... ii
DAFTAR GAMBAR
.............................................................................................. iii
DAFTAR
TABEL ................................................................................................. iii
BAB
I. PENDAHULUAN....................................................................................
II. PRINSIP DASAR
ELEKTROKIMIA .....................................................
•
2.1. Hukum Faraday (1833) ..................................................................
2.2. Larutan elektrolit-.............................................................................
|
1
3
3
5
|
2.3.
Daya hantar listrik Larutan Elektrolit ...........................................
|
13
|
2.4.
Sel Elektrokimia ..............................................................................
|
15
|
2.5.
Potensial sel reversibel .................................................................
|
17
|
2.6.
Potensial elektroda dan potensial sel elektrolisis .....................
|
19
|
2.7.
Potensial lebih ( Over potensial) ..................................................
|
22
|
2.8.
Dalil Umum Untuk mengontrol Proses Elektrolisa ...................
|
24
|
III. PROSES-PROSES
ELEKTROMETALLURGI ...................................
|
25
|
3.1.
Proses elektrowinning ....................................................................
|
25
|
3.2.
Proses elektrorefining ....................................................................
|
26
|
3.3.
Proses elektroplatting (penyepuhan) ...........................................
|
27
|
3.4.
Fused Salt elektrolisis .....................................................................
|
29
|
3.5.
Electrothermic process ...............................................................
|
30
|
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
|
32
|
DAFTAR
GAMBAR
Gambar
|
Halaman
|
|
2 1.
|
Diagram Pourbaix
Sistem M-H20..........................................................
|
21
|
3 1.
|
Proses elektrowinning ...........................................................................
|
25
|
3.2.
|
Penyusunan elektroda pada elektrolitik refining...............................
|
26
|
3.3.
|
Elektroplatting skala besar.....................................................................
|
29
|
3.4.
|
Electric arc
furnace .................................................................................
|
31
|
DAFTAR
TAB EL
Tabel Halaman
2.1. Jari-jari ion tersolvatasi untuk beberapa ion
penting (Butler,1964) 9
BAB I
PENDAHULUAN
Elektrometalurgi
merupakan suatu proses untuk mengambil metal dari crude metal dan larutan kaya (rich solution atau pregnant solution)
hasil pelindian (leaching) atau dengan melebur bijih, konsentrat, scrap dengan menggunakan tenaga listrik.
Dengan demikian, macam pelaksanaan elektrometalurgi tergantung pada tujuan dari
proses elektrometalurgi tersebut, yaitu :
a.
Electrowinning
(presipitasi elektrolitik) merupakan tahap pemerolehan kembali suatu logam dari
larutan kaya hasil pelindian dengan menggunakan arus elektrik yang diberikan
dari luar. Proses ini pada umumnya dilakukan sebagai tahap
akhir proses ekstraksi hidrometalurgi bila diinginkan produk logam yang
berkadar relatif tinggi. Contoh penerapannya
dalam praktek industri adalah pada ekstraksi tembaga, seng dll.
b.
Electrorefining
(pemurnian elektrolitik) adalah proses elektrolitik yang dilakukan untuk
pemurnian crude metal yang biasanya
telah mengalami pemurnian dengan cara lain (umumnya pemurnian pirometalurgi),
dan diharapkan dapat dicapai kemurnian yang setinggi-tingginya. Misalya tembaga hasil pemurnian dengan cara fire refining ditingkatkan kemurniannya menjadi electrolytic grade copper yang bisa mencapai kemurnian 99,99 % Cu.
c.
Electroplatting
(pelapisan elektrolitik) adalah proses elektrolitik yang digunakan untuk
melapisi metal dengan metal lain yang lebih berharga agar lebih menarik atau
tahan terhadap korosi dan oksidasi serta aman (misalnya kemasan obat). Dalam hal ini logam yang digunakan untuk melapisi dicetak sebagai
anoda dan logam yang dilapisi sebagai katoda.
d.Fused salt electrolysis
(elektrolisa garam lebur) adalah proses elektrolitik yang dilakukan pada
temperatur tinggi dan dalam keadaan meleleh yang digunakan untuk ekstraksi dan
pemurnian logam-logam reaktif. Contoh penerapannya adalah pada ekstraksi logam alumunium (Al) dari
lelehan alumina dan pemurnian logam alumunium yang dihasilkan. Selain itu juga
digunakan untuk
ekstraksi logam magnesium (Mg).
e. Electrothermic process yaitu proses
elektrometalurgi yang digunakan untuk melebur bijih, konsentrat, crude metal, scrap dengan
cara mengubah tenaga listrik menjadi tenaga panas.
Sesungguhnya elektrometalurgi mencakup proses-proses / fenomena
elektrokimia lain yang berkaitan dengan logam, misalnya proses anodisasi,
korosi dan pencegahannya dll.
Dengan adanya berbagai
proses di dalam elektrometalurgi, maka dapat dikelompokkan menjadi
dua macam tentang penggunaan arus listrik, yaitu :
a. untuk maksud elektrolisa yang dilakukan pada temperatur kamar, seperti halnya elektro winning, elektro refining dan elektro
platting.
Proses-proses
elektrometalurgi yang menggunakan arus
listrik untuk maksud elektrolisa merupakan proses-proses pengendapan secara
elektrokimia (elektrodeposisi)
yang memiliki basis konsep yang penting untuk dipahami.
Mengalirnya arus searah melalui suatu larutan berkaitan dengan gerak
partikel bermuatan (ion). Ujung-ujung keluar-masuknya arus dari/ke larutan
disebut elektroda yang terdiri dari anoda dan katoda.-Pada katoda terjadi proses reduksi, sedangkan pada anoda
terjadi proses oksidasi (“KRAO"). Ion yang bergerak (migrasi) ke anoda disebut anion, sedangkan yang menuju katoda
disebut kation. Elektroda dapat
berupa logam atau paduan logam (alloy), grafit, air raksa (mercury) cair-, platina dsb. Larutan konduktor yang digunakan dalam
proses elektrolisa disebut elektrolit. Elektrolit
bisa berupa larutan aqueous, larutan garam dan elektrolit padat.
Elektrodeposisi lebih banyak berhubungan dengan
konduktor elektrolitik. Logam dan alloy kebanyakan bersifat konduktor jauh
lebih baik daripada larutan elektrolit. Itulah sebabnya, tahanan konduksi logam
dapat diabaikan terhadap tahanan elektrolit.
Bila
listrik mengalir antara jenis konduktor, biasanya disertai reaksi kimia. Itulah
sebabnya pada batas antara elektroda dan elektrolit (selalu) terjadi reaksi
kimia. Pada sistem elektrokimia, bila diberi tegangan, ion-ion bergerak menuju
elektroda. Kation bergerak ke katoda,
anion bergerak ke anoda.
Masing-masing mempunyai laju khas, yang bila tegangannya satu-(satuan), maka laju tersebut dinamai mobilitas atau konduktivitas ion individu.
Konduktivitas total larutan tertentu merupakan jumlah mobilitas segenap ion
yang dikandungnva. Hal itu bisa terjadi bila larutannya sangat encer. Bagian arus total yang dibawa anus tertentu,
disebut transferens dan angka
transport ion termaksud.
Dari penjelasan tersebut di atas diketahui bahwa
ion bergerak dalam larutan sebagai satuan-satuan, yang agak terhalangi oleh
efek gesekan / seretan "sampul" molekul pelarut yang mengelilinginya,
serta hambatan dari ion-ion sekitar yang bermuatan berlawanan. Larutan asam /
basa kuat merupakan konduktor yang lebih baik dibandinkan dengan larutan berair
lainnya. Oleh sebab itu. pada proses elektrolitik sering menggunakan asam /
basa kuat untuk memperbaiki daya hantar (konduktivitas) larutannya.
BAB 11
PRINSIP DASAR ELEKTROKIMIA
Elektrokimia adalah suatu
bidang ilmu yang mengkaji pengubahan energi listrik dari/ke energi kimia. Perintis dari elektrokimia adalah Michael Faraday (1791 1867).
2.1. Hukum Faraday (1833)
Aspek kualitatif dan kuantitatif proses
elektrolisis tercakup dalam hukum yang sangat dikenal, yaitu Hukum
Faraday, yang berbunyi sebagai berikut :
Penguraian
kimia pada proses elektrolisis hanya terjadi pada elektroda.
Besar penguraian kimia (diukur berdasarkan
berat atau volume) selama elektrolisis sebanding dengan kuat arus dan lamanya
arus elektrik yang mengalir, yaitu jumlah tenaga elektrik yang mengalir melalui
larutan.
Bila sejumlah elektrik tertentu dialirkan
melalui berbagai jumlah elektrolit, maka berat zat yang dibebaskan sebanding
dengan ekivalensi elektrokimianya.
Yang dimaksudkan dengan proses ekivalensi elektrokimia suatu zat
adalah berat zat dalam gram yang dibebaskan pada
elektroda oleh aliran listrik sebesar 1 (satu) coulomb, melalui elektrolit yang bersangkutan. Dari hukum tersebut dapat disimpulkan bahwa
jumlah elektrik yang diperlukan untuk membebaskan 1 ekivalen zat dari berbagai
jenis elektrolit selalu sama, yaitu sebesar I Faraday ( F ), yang besarnya sama
dengan 96.494 coulomb.
Ekivalensi
elektrokimia (e), dengan demikian, dapat ditentukan dengan membagi berat
ekivalen zat (B.A = berat atom) oleh bilangan Faraday (F) dikalikan dengan
jumlah muatan (n) yang dimiliki ion yang bersangkutan.
B . A
e = _ ------- gram / coulomb
n . F
n . F
Untuk perak, misalnya,
ekivalensi elektrokimianya adalah :
107,88
|
= 0,001118 gram / coulomb
|
96.494
|
dan untuk tembaga :
= 0,000326 gram / coulomb
Dengan
demikian jumlah metal (M), dalam gram, yang diendapkan pada katoda akan sebanding dengan
ekivalensi elektrokimianya ( e ), dalam gram / coulomb, dan arus (I), dalam Ampere, yang
dilewatkan selama waktu ( t ) tertentu,
dalam detik.
M =
e.I.t gram
Dalam
elektrodeposisi yang lebih diperlukan bukan mencari berapa total logam yang
terendapkan pada katoda, tetapi tebal dan
distribusi endapan di katoda. Sehingga
apabila katoda mempunyai luas (A) tertentu, dalam meter, maka kuat arus (I),
dalam Ampere, yang dilewatkan merupakan rapat arusnya ( i ), yaitu :
I
i = — Ampere / m2
A
Dalam praktek,
luas permukaan yang nampak
dianggap sama dengan luas sebenarnya, kecuali bila katodanya sangat kasar.
Sebenarnya, arus tidak terdistribusi merata kesegenap permukaan katoda,
tetapi arus cenderung mengumpul pada titik tonjolan dan pinggir (lingir) tepi
permukaan.
Ekivalensi elektrokimia
beberapa logam disajikan pada tabel berikut :
Metal
|
B . A
|
Valensi
|
ekui- kimia
|
e (gr/c)
|
gr/Amp.jam
|
Alluminium (Al)
|
26,97
|
3
|
8,92
|
0,00009
|
0,32
|
Tembaga
(Cu)
|
63,57
|
2
|
31,78
|
0,00032
|
1,18
|
Emas
(Au)
|
197,20
|
3
|
65,73
|
0,00068
|
2,45
|
Timbal (Pb)
|
207,22
|
2
|
103,61
|
0,00107
|
3,86
|
Nikel (Ni)
|
58,69
|
2
|
29,34
|
0,00030
|
1,09
|
Zinc (Zn)
|
65,38
|
2
|
32,69'
|
0,00033
|
1,22
|
Metal yang
didapat dari elektrolisa tidak sama dengan perhitungan dalam teori, karena ada
sebagian metal yang hilang dalam reaksi -kimia atau ada yang
tertinggal dalam elektrolit. Sebagian dari arus yang digunakan untuk
menguraikan ion-ion juga hilang diperjalanan. Perbandingan antara metal yang
benar-benar terbentuk dengan metal yang seharusnya terbentuk pada teori disebut
dengan Current Efficiency (efisiensi arus
= ϒ ).
Contoh perhitungan :
a.
Berapakah : berat teinbaga (Cu) yang diendapkan pada katoda, apabila arus
sebesar 1000 ampere dialirkan selama 1 jam dalam elektrolit yang
4
mengandung Cu bila
diketahui Berat Atom (BA) Cu = 63,57 dan valensinya = 2
Jawab :
63,57
Gram ekivalen Cu =
------ = 31,785
2
1000 x 3600 x 31,785
Cu yang diendapkan = 96.494 = 1.185,8 gram
Berapakah : Cu yang akan
terbentuk apabila arus yang dialirkan selama 8 jam sebesar 30 ampere dan
berapakah effisiensi arusnya bila Cu yang didapat pada kenyataannya adalah 263
gram
Jawab
:
30 x 8 x 3600 x 31,785
Cu yang didapat = =
284,6 gram
96.494
Effisiensi arus = ϒ =
|
263
-------
x 100
% = 92,61 %
284.6 |
2.2. Larutan Elektrolit
Dalam
suatu larutan elektrolit bahan terlarut (solute) sebagian atau seluruhnya berada dalam ion. Pada bahasan ini, sebagai
pelarut (solvent) adalah air, meskipun sebenarnya solvent tidak selamanya
air.
Elektrolit
yang terlarut dalam air dapat dikelompokkan menjadi :
Elektrolit
tidak terassosiasi (non associated electrolyte).
Elektrolit
terassosiasi (associated electrolyte).
Elektrolit
yang tidak terassosiasi adalah solute yang dalam larutan air sepenuhnva ada dalam bentuk ion sederhana, kation dan
anion. Ion-ion tersebut dapat
terhidratasikan, karena ion dengan solvent dapat saling berinteraksi. Garam NaCI
dan KCI dapat dianggap sebagai contoh sebagai jenis solute kategori ini dan sering juga
disebut sebagai elektrolit kuat dalam larutan air.
Elektrolit terassosiasi
dapat dikelompokkan dalam elektrolit lemah dan pasangan ion (ion-pairs). Elektrolit lemah adalah solute yang dalam
larutan air berada dalam bentuk molekul dan ion.
Beberapa asam, basa dan beberapa garam anorganik
masuk dalam kelompok ini. Sebagai illustrasi misalnva larutan CO2 dalam air mengandung molekul H2CO3 , HCO3-
dan juga CO32-.
Larutan asam khlorida pada konsentrasi tinggi mengandung molekul
HCI, H+ dan Cl-.
Pasangan ion yang
dimaksud di atas, hanya untuk pasangan ion yang berlawanan
karena adanya interaksi elektrostatik, bukan karena ikatan covalent electron pair) seperti dalam kasus elektrolit lemah. Sebagai contoh dalam larutan CaSO4, sejumlah ion Ca' dan S042-
membentuk partikel kalsium sulfat yang netral. ,Demikian pula dalam larutan kalsium hidroksida, sejumlah
solute tetap dalam
bentuk Ca(OH)+. Dalam hubungan ini
memang tidak mudah membedakan apakah suatu elektrolit yang terassosiasi termasuk elektrolit lemah atau
pasangan ion.
Ion kompleks adalah suatu istilah yang dimaksudkan
untuk ion yang bukan ion
sederhana (monoatomic). Sebagai contoh ion kompleks dapat
dikemukakan misalnya HCO3-, HS- dan
ZnC142-. Fakta-fakta
adanya pengelompokkan di atas tidak terlepas dari adanya faktor interaksi ion dengan
ion dan interaksi ion dengan solvent. Dengan menggunakan suatu model yang
dikembangkan oleh Born, di mana ion dianggap suatu bola (sphere) padat bermuatan dan solvent sebagai suatu ontinuum yang tak berstruktur, dengan konstanta dielektrikum tertentu, dapat dinyatakan
energi bebas interaksi antara ion dan solvent tersebut per mole ions :
(Zieo) 1
∆ Gi-s = -NA ------ (1 - —)
2ri ԐS
Dimana :
∆ Gi-s = perubahan energi bebas interaksi
ion-solvent per mole ions
NA
= bilangan Avogadro
eo
= muatan elektrostatik elektron
Zi = valensi ion spesi i
ri
= jari-jari ion spesi i
ԐS
= konstanta dielektrikum dari solvent
Dari penurunan harga ∆ G1- s tersebut ternyata bahwa bila ∆ G1-s
< 0 , ion akan lebih stabil dalam solvent dari pada
dalam vacuum. Karena adanya konstanta dielektrikum
dari solvent lebih besar dari satu, maka- harga (1 – 1/ԐS) selalu positif. Dengan demikian harga ∆ Gi-s selalu negatif. Dengan perkataan lain dari persamaan Born tersebut, ternyata bahwa semua ion akan
stabil bila berada dalam solvent daripada dalam vacuum. Model Born ini patut
dicatat sebagai langkah penting dalam menentukan interaksi ion-solvent.
Selanjutnya dapat ditunjukkan bahwa perubahan entropi dan entalpi yang
menyertai interaksi ion-solvent tersebut adalah :
∂∆Gi-s NA(Zieo)2 1
∂ԐS
∆Si-s= - (---------)P =
------------- --- ----------
∂T 2ri 2eo ԐT
NA(Zieo)2
1 T ∂ԐS
Hi-s= -
----------- [ 1- -------
- -------- ------]
2ri
ԐS ԐS2 ∂T
Dari harga pengujian ternyata harga perubahan yang
dihitung dengan persamaan Born dengan hasil percobaan menunjukkan harga rata-rata
50 % terlalu
tinggi.
Belakangan
oleh para ahli seperti Latimer, Pitzer dan Slansky ditemukan bahwa hasil percobaan dapat mendekati harga perhitungan
teoritik bila radius kation ditambah 0,85 A dan anion ditambah dengan 0,1 A (
Angstrom ). Selain itu koreksi dapat ditunjukkan pada harga ԐS yang mungkin berbeda dengan Ԑ efektif dekat ion.
Selanjutnya
berkembang lagi model "Ion-Dipole" dari Bernal dan Fowler yang
dianggap merupakan koreksi terhadap model Born dan dianggap lebih baik untuk
keadaan tertentu. Perbaikkan selanjutnya dilakukan oleh Buckingham yang
menganggap molekul air bukan sebagai dipole tetapi sebagai quadrupole.
Suatu
kemajuan yang perlu dicatat dalam perkembangan pengetahuan tentang distribusi
muatan sekitar ion pada tahun 1923 yang dikemukakan oleh Debye dan Hueckel.
Dalam
teori "ion - cloud" dari Debye-Hueckel dipilih suatu, ion pusat,
sedangkan molekul air dan ion tersolvatasi yang lain dianggap sebagai medium .
dielektrik kontinyu. Dengan demikian muatan dalam atmosfir sekitar ion pusat
harus sama tetapi berlawanan tanda dengan muatan ion pusat tersebut. Dengan
berbagai pendekatan dari pemecahan persamaan Poisson - Boltzmann, akhirnya
dapat diperoleh bahwa :
NA (Zieo)2
∆μi-l
= - ----- ----------
2 ԐK-l
dimana :
∆μi-l = perubahan potensial kirnia interionik
NA
= bilangan avogadro
Zieo = muatan ion pusat
= konstanta dielektru medium
K-l = jari - jari “ionic
- cloud " sering juga disebut "Debye - Hueckel
reciprocal length”
Selanjutnya karena :
∆μi-l
= i(nyata)- i(ideal)
Diperoleh hubungan bahwa :
NA (Zieo)2
∆μi-l =
- ----- --------- = RT ln fi
2 ԐK-l
di mana fi
= koefisien keaktifan ion i.
Selanjutnya
dapat ditunjukkan bahwa :
| z+
. z- | A I
- log
f± = -------------------
I + B ao I
di mana :
- log f± = koefisien aktivitas
molar
I = ionic strength
= 1/2 E zi . ci2
= 1/2 E zi . ci2
(2NAeo2)
I
A = eo2 ---------------- -------------
100k3 (E T)3/2
(8 π NAeo2) I
B = ---------- ------
1000 k (ԐT)1/2
ao = jari-jari ion tersolvatasi (terhidratasi), dalam Amstrong (tabel Butler - 1964)
k =
R / NA
= konnstanta Boltzmann
Untuk air pada 298 °K,
harga :
A = 0,511
|
dan B =
3,29 x 107
|
Teori
Debye-Hueckel ini dianggap langkah awal yang mengagumkan dalam menyelesaikan
masalah interaksi ionik. Beberapa asumsi yang digunakan adalah :
a. Ion pusat sebagai titik bermuatan
b. Hanya
ada "coulombic force" diantara ion-ion
c. Ion-ion lain membentuk suatu continuum
bermuatan
d. Potensial elektrostatik yang cukup kecil dekat suatu ion
sehingga memungkinkan linearisasi persamaan Boltzmann
1
Teori "ion-cloud" ini hanya berlaku terutama untuk larutan dengan
konsentrasi
maksimum
0,001 mole/liter.
Selanjutnya beberapa ahli
dengan pendekatan eksperimental mengusulkan
persamaan dengan bentuk dasar dari
Debye-Hueckel, yaitu Guntelberg,
Guggenheim dan Davies.
Guggenheim dan Davies.
Tabel 2.1. Jari - jari ion
tersolvatasi untuk beberapa ion penting ( Butler-1964)
a°
(1O-8) |
Charge – 1
|
9
|
H+
|
8
|
(C6
H5)2 CHC00-, (C6 H7)4
N+
|
7
|
CH60C6H4C00-
|
6
|
Li+, C6H5C00-,
C6H4OHC00-, C6H4C1C00-,
C6H5CH2C00- ,
|
|
CH2-CHCH2C00-,
(CH4)2CCHC00-, (C2H5)4N+,
(C6H7)2NH2+
|
5
|
CHC12C00-,
CC13C00-, (C2H5)3NH+, (C3H7)NH3+
|
4
|
Na+,
CdCI+, C102-, I03-,
HCO3-,
H2PO4-, HS03-, H2As04-,
|
|
Co
(NH3)4 (NO2)2+, CH3 C00-, CH2 CI
C00-, (CH3)4 N+,
|
|
C2H5NH3- .
|
3
|
0H-,
F-, CNS-, CN0-, HS-,
Cl03-, C104-,
Br03-, I04-, Mn04-,
K+,
|
|
Cl-,
Br-, I-, CN-, NO3-, Rb+,
Cs+, NH4+, TI+, Ag+,
HC00-,
|
|
H2(eitrate)-, CH6NH3+, (CH6)2NH2+
|
a°
(10-8)
|
Charge – 2
|
8
|
Mg++,
Be++
|
7
|
(CH2)5(C00)2-,
(CH2)6(C00)2-, (congo red)-
|
6
|
Ca++, Cu++, Zn++, Sn++, Mn++, Fe-,
Ni++, Co++,
|
|
C6H4(C00)2-,
H2C(CH2C00)2-, (CH2CH2C00)2-
|
5
|
Sr++,
Ba++, Ra++, Cd++, Hg++, S-,
S204-,W04-,Pb++,
CO3-,
|
|
SO3-,
Mo04-, Co(NH3)5CI++,
Fe(CN)5N0-, H2C(C00)2-,
|
|
(CH2C00)2- , (CHOHC00)2-, (C00)2-, H(eitrate)-
|
4
|
Hg++, SO4--, S203-,
S205-, Se04-Cr04-,
HPO4-, S206-.
|
ao
(10-8)
|
Charge – 3
-
|
9
|
Al+3, Fe+3, Cr+3 , Se+3,
Y+3, La+3, In+3,
Ce+3, Pr+3, Nd+3, Sm+3
|
6
|
Co(ethylenediamine)3+3
|
5
|
Citrate-3
|
4
|
PO4-3,
Fe(CN)6-3, Cr(NH3)6+3,
Co(NH3)6+3, Co(NH3)5H20+3
|
ao
(10-8)
|
Charge – 4
|
1 1
|
Th- , Zn+4, Ce+4, Sn-4
|
6
|
Co(
S203)(CN)5-4
|
5
|
Fe(CN )6-4
|
ao
(10-8)
|
Charge-5
t,
|
9
|
Co(S203)2(CN)4-5
|
Guntelberg :
- log f± = A | z+ . z-|.
|
|
Guggenheim
Davies
|
- log f± = A | z+ . z- |
- log f± = A | z+. z- | |
|
Dan diusulkan
pula untuk harga I yang tinggi persamaan mengikuti bentuk sebagai berikut :
log f± = A | z+ . z- | -------- + bI + cI2 + d I3 + ........................................................
I +
Contoh menentukan harga koefisien keaktifan molar ( f+
) :
Untuk memberikan
gambaran penggunaan rumus Debye-Hueckel diambil contoh reaksi sebagai berikut :
Di dalam larutan terdapat PbC12 dengan konsentrasi
Pb2+ awal 15 gpl, NaC1 dengan konsentrasi NaC1 awal 210 gpl dan HC1 dengan konsentrasi HC1 awal
1 gpl, maka :
15
a. Konsentrasi : CPbCl2 = [ PbC12]--------- = 0,054 mol / liter
278,19
PbC12=====================Pb2+ + 2 Cl-
Konsentrasi : CPb2+ = [ Pb2+
] = 0,054 mol-/ liter
CCl- = [ Cl- ] = 2 x 0,054 =
0,108 mol / liter
210
b.
Konsentrasi : CNaCl = [ NaCl ] = ------- = 3,59 mol / liter
58,5
NaC1
========================= Na+ + Cl-
Konsentrasi : CNa+ = [ Na+
] = 3,59 mol / liter
CCl- = [ Cl- ] =
3,59 mol / liter
1
c. Konsentrasi : CHCl = [ HCl ] = ------- = 0,027 mol /
liter
36,5
HCl ================== H+ + Cl-
Konsentrasi : CH+ = [H+] = 0,027 mol / liter
CCl-=[Cl-]= 0,027 mol / liter
Konsentrasi total Cl- =CCl-total =
0,108 + 3,59 + 0,027
=
3,725 mol / liter
Kekuatan Ionik ( I ) :
|
= 1/2{ (CPb2+) (zPb2+)2 +(CNa+) (zNa+)2 + (CH+) (zH+)2 + (CCl-) (zCl-)2 }
= 1/2 { (0,054) (4 )2 + (3,59) (1)2 + (0,027) (1)2 + (3,725) (1)2 }
=
3,78 molar
Koefisien keaktifan pada
25 oC
a. Perhitungan cara
langsung :
|z+ . z-| A
- logf±= --------------
1 +
B ao
(2)(1) (0,511) 3,78
̿ 1 + (3,29 x 107) (4 x 10-8 ) 3,78
= 0,558
f± =0,276
dimana harga-harga ion tersolvatasi Pb2+ dan Cl- diperoleh dari tabel (Butler, 1964) :
Pb2+, harga ao = 5 Amstrong = 5 x 10-8
Cl- , harga ao = 3 Amstrong = 3 x 10-8
Harga a° rata-rata = ( 5 + 3 ): 2 = 4 Amstrong = 4 x 10-8
b.
Perhitungan cara tidak langsung :
Koefisien keaktifan molar ion tunggal Pb2+ dan Cl- masing-masing dihitung sebagai berikut :
- log fPb2+ =
1 + (3,29 x 10') (5 x 10-.8) ( )
=
0,946
fPb2+ = 0,113
(1)2(0,511) (
-logfCl- =
----------------------------------
1 + (3,29 x 107)
(3 x 10-8) (
= 0,340
fCl- = 0,457
Sedangkan :
f± = [ (f+)v+.(f-)v-]1/v di mana v = v+ + v-
=
1 + 2 = 3
= [
(0,113)1. (0,457)2 ]1/3
=
0,287 (harga perhitungan langsung 0,276)
Harga aktivitas dari Pb2+ dan Cl- dapat
dihitung sebagai berikut :
aPb2+ = fPb2+
x cPb2+
=
(0,113) (0,054)
= 6,102x 10-3
aCl- = fCl- x cCl-
= (0,457) (3,725) =
1,702
Metode
praktis lain yang digunakan untuk menghitung harga koefisien keaktifan molar
diperkenalkan sebagai metode "mean Salt". Dasar dari metode ini
adalah asumsi dari Mc Innes
f±(KCl) =
fK+ = fCl-
Harga
"Mean Coeficient of Activity" disajikan oleh Latimer, yaitu untuk
Monovalent Chiorida :
f±2 (MCl)
fM+
= -------------
f± (KCl)
Divalent Chiorida :
f±3 (MCl2)
fM+
= -------------
f± (KCl)
Divalent Sulfat :
f± (K2SO4)
fSO42-=-------------
f± (KCl)
fCu2+
dalam sulfat :
f±2(CuSO4).f±2(KCl)
fCu2+
= ------------------------- dan seterusnya.
f±3(K2SO4)
2.3. Daya Hantar Listrik Larutan Elektrolit 2.3.1.
Perpindahan Ion-ion
Bila
ke dalam larutan elektrolit dialirkan muatan listrik dasar (elektron) maka
terjadilah gerakan ion-ion dalam larutan tersebut. Anion bergerak searah dengan
elektron di luar larutan, sedangkan kation bergerak berlawanan arah dengan
gerakan elektron tersebut.
Keseluruhan gerakan muatan-muatan tersebut
disebut migrasi dan disebabkan adanya
pengaliran arus listrik searah ke dalam larutan elektrolit tersebut.
Sebagai perantara untuk mengalirkan arus listrik tersebut digunakan elektroda.
Pada bidang antar muka padat-cair antara elektroda dan larutan elektrolit,
karena keadaan tertentu dapat terjadi perbedaan konsentrasi ion-ion
dibandingkan dengan larutan ruah (bulk solution).
Keadaan adanya gradient konsentrasi ini dapat
menyebabkan adanya gerakan dari ion-ion yang berkonsentrasi tinggi ke daerah
berkonsentrasi rendah. Peristiwa perpindahan ion ini dikenal sebagai peristiwa diffusi.
Selain itu akibat adanya
perbedaan berat jenis, teinperatur, vibrasi, pengadukan dan lain sebagainya,
dapat pula terjadi perpindahan ion-ion dari suatu tempat ke tempat lain dan
disebut peristiwa konveksi. Dalam
hubungannva dengan ini ada konveksi alamiah, seperti oleh perbedaan berat jenis dan konveksi paksaan oleh adanya pengadukan.
Dalam suatu larutan yang dialiri muatan listrik
biasanya harga berat arus
karena diffusi dan konveksi dapat diabaikan terhadap perpindahan muatan karena migrasi fraksi ion yang diangkut secara elekiro migrasi ini dikenal sebagai bilangan
l3
perpindahan
(transport number).
2.3.2.
Daya Hantar Listrik Suatu Larutan Elektrolit
Di
dalam larutan, listrik mengalir karena adanya migrasi ion-ion bermuatan yang berbeda dengan
logam di mana arus listrik terjadi secara
elektronik. Hukum Ohm menyatakan bahwa untuk mengalirkan
arus sebesar I ampere dalam suatu konduktor dengan
tahanan R ohm, harus diberikan tegangan listrik sebesar E volt, secara matematik pernyataan
tersebut adalah :
E =
I . R
Untuk suatu larutan elektrolit harga R dinyatakan dengan :
l
R = ρ ------ Ohm
a
dimana
:
ρ =
tahanan jenis larutan [ Ohm . Cm ]
l = panjang
kolom larutan [ Cm ]
a =
luas penampang kolom larutan [ Cm2 ]
Harga tahanan jenis (specific
resistivity) ini berbanding
terbalik dengan daya larutan
jenis (specific conductivity), yang dinotasikan dengan
K [Ohm-1.m-1}. Dengan demikian daya hantar jenis
K dapat dinyatakan dengan :
ll
K= [Ohm-1.m-1]
ρR
Bila
dalam satu liter larutan terdapat zat dengan
konsentrasi satu ekivalen,
maka hantaran ekivalen A , dinyatakan sebagai :
K
A = 1000 --------
[Ohm-1.Cm2]
C
di mana C adalah konsentrasi zat terlarut (solute) dalam
ekivalen per liter larutan.
Beberapa persamaan penting yang menghubungkan
harga hantaran ekivalen dengan konsentrasi solute dikembangkan oleh para ahli
seperti Onsager, Kohlrausch dan Skedlovsky.
Temperatur larutan
elektrolit ternyata dapat mempengaruhi daya hantar jenis suatu larutan
elektrolit dan oleh Kohlrausch, dinyatakan dalam hubungan :
Kt= K25 [ 1 - a ( t - 25) + b ( t - 25 )2 ]
Harga
tetapan a dan b tergantung
dart jenis larutan elektrolit, yaitu :
a
|
=
|
0.0164
|
untuk asam kuat
|
a
|
=
|
0,0190
|
untuk basa kuat
|
a
|
=
|
0,0220
|
untuk garam
|
b =
0,0163 ( a - 0,0174 )
Dari
persamaan Kohlrausch terlihat bahwa bila harga temperatur, t (°C),
naik maka harga daya hantar akan naik pula. Hal ini berbeda / berlawanan dengan
sifat konduktor logam.
2.4.
Sel Elektrokimia
·
Sel yang menggunakan prinsip dasar elektrokimia
terdiri dari 2 jenis, yaitu sel volta (galvani) dan sel elektrolisis.
a.
Sel Volta (Galvani) :
Sel volta adalah sel
elektrokimia yang dapat berfungsi
untuk merubah energi kimia menjadi energi listrik, di mana pada sel ini reaksi
reduksi dan oksidasi yang
terjadi dalam sel dapat menimbulkan arus listrik.
Ciri-ciri
umum sel volta adalah :
·
Anoda
merupakan elektroda negatif sedangkan katoda
merupakan elektroda positif.
·
Proses
elektrodik yang berlangsung pada
anoda adalah proses deelektronisasi
(oksidasi anodik), yaitu proses pelepasan elektron.
M ----------- Mn+ + n e-
·
Proses elekirodik yang berlangsung pada katoda
adalah merupakan proses elekironasi (
reduksi katodik), yaitu proses pengikatan elektron.
Mn+ + n e-
----------- M
·
Pada sel volta potensial
standar anoda ( E0anoda ) lebih kecil
dibanding dengan potensial standar katoda (E°katoda).
Reksi
elektrodik merupakan reaksi 1/2 sel.
Contoh
dari sel volta adalah baterai dan aki (accu).
b. Sel Elektrolisis
Sel
elektrolisis adalah sel elektrokimia di mana apabila ke dalam sel dialirkan
sebuah arus maka akan terjadi peruraian (disosiasi) elektrolit, atau dengan
kata lain energi listrik diubah kebentuk energi kimia.
Ciri-ciri
umum sel elektrolisis adalah :
·
Anoda
merupakan elektroda positit sedangkan katoda merupakan elektroda negatif.
·
Proses
elektrodik yang berlangsung pada
anoda adalah proses deelektronisasi
(oksidasi anodik), yaitu proses pelepasan elektron.
·
Proses
elektrodik yang berlangsung pada katoda adalah merupakan proses
elektronasi
(reduksi katodik),
yaitu proses pengikatan
elektron.
·
Pada sel elektrolisis potensial standar anoda ( E0anoda )
lebih besar dibanding
dengan potensial standar
katoda ( E°katoda ).
·
Proses
elektrolisis berlangsung pada larutan elektrolit dalam air dan dalam leburan
elektritnya. Sebagai gambaran dari masalah ini adalah elektrolit dari larutan
NaC1 dan elektrolit dari NaCI yang mencair karena lebur.
Contoh sel elektrolisis
adalah proses-proses dalam elektrometalurgi, yaitu
elektro
winning, elektrorefining, elektroplatting dan elektrolisa garam lebur.
Reaksi
-reaksi yang mungkin terjadi pada katoda (reduksi terhadap
kation) :
a. Jika dalam
sel mengandung ion-ion logam alkali, ion-ion logam alkali
tanah, ion Al3+ dan ion Mn2+, maka ion-ion logam ini
tidak dapat direduksi dalam larutan, yang mengalami reduksi adalah pelarut
(air) membentuk H2 di katoda :
2H0 + 2e _____________ 2 OH- + H2
b. Jika larutan mengandung ion-ion logam lain,
maka ion-ion tersebut akan direduksi menjadi masinu-masing logamnya dan diendapkan pada katoda (metal discharge), contoh :
Mn+ + 2 e ______________ Metal
Zn2+ + 2 e ______________ Zn
Ag+ + e
Ag
Cr3+
+ 3 e ______________ Cr
c. Jika larutan mengandung asam. maka ion H+
dari asam akan direduksi menjadi gas H2 pada katoda (gas evolution).
2H+ + 2e ______________ H2
d. Kemungkinan
lain terjadi penyerapan gas (gas absorption) :
02 + 2 H20 + 4 e ___________________ 4 OH-
e. Reduksi ion dari valensi tinggi ke valensi rendah
e. Reduksi ion dari valensi tinggi ke valensi rendah
M2x+ + x e -------------M(2x-x)+
Fe2+ + e ---------------- Fe+
Reaksi-reaksi
yang
mungkin
terjadi pada anoda
(oksidasi pada anion).
a.
Ion-ion nanda (F, Cl, Br,
I) dioksidasi menjadi halogen-halogen, contoh.
2Cl ----------Cl2
+ 2 e
2Br --------- Br2
+ 2 e
b. Ion OH dari basa akan dioksidasi
tnenjadi 02 ( gus
evolution)
4 OH-
|
|
2 H20 + O2
+ 4e
|
|
c. Anion-anion yang lain (SO42-, NO3-, dll) tidak dapat dioksidasi dari larutan yang
akan
mengalami oksidasi adalah pelarut (air) dan membentuk 02 pada anoda :
2H20 ____________ 4H+ + O2 + 4 e
d. Penyerapan gas (absorbt ion of gas) ke dalam larutan :
H2 -------------------- 2H+ + 2 e
e. Oksidasi ion bervalensi rendah ke valensi yang
lebih tinggi :
Mn+ _________________ M(n+x)+
+ X e
Fe2+ ____________________ Fe3+
+ e
2.5.
Potensial Sel Reversibel
Potensial
sel reversibel tergantung pada beberapa hal yaitu : bahan
pembentuk elektroda, reaksi
yang terjadi dalam sel, aktivitas dari ion-ion dan temperatur. Perubahan energi
bebas yang terjadi pada reaksi elektrokimia reversibel dinyatakan dengan besaran gaya gerak elektrik (E), yang
sebanding dengan perubahan energi bebas Gibbs (∆ G). Sedangkan hubungan antara
energi kimia dan energi listrik tersebut adalah sebagai berikut
∆G
AG = -nFE atau E = ------
n F
n :
adalah jumlah muatan yang dipertukarkan
Hubungan antara potensial reaksi reversibel
dengan potensial pada keadaan
standar
analog dengan hubungan yang berlaku untuk perubahan energi bebas
∆G = ∆Go
+ RT In Q (cal.
/ gr. mol.)
- n FE = - n F E° + RT In Q(Volt)
RT
E = Eo - — In Q (Volt)
nF
Untuk reaksi isothermis :
aA + bB + ................. = cC + dD + ..............
RT aCc . aDd ......
E = Eo - — In [---------------- ]
Volt (Persamaan Nernst)
nF aAa
. aBb .....
Jika
:
E > 0 maka reaksi
berlangsung (spontan) ke kanan
E = 0 maka reaksi setimbang
E < 0 maka
reaksi berlangsung (spontan) ke kiri
Sebagai contoh dari harga aktivitas pada hutir 1.2 (larutan elektrolit)
di atas
dapat dihitung potensial reversibel sel (Erev , sel) sebagai berikut :
|
+
Pb2+
+ 2 C1
Pb + Cl2 E°,sel = - 0,262 Volt
RT aPbo
. PCl2
Erev , sel = Eselo -
------- ln --------------
nF aPb2+ . (aCl-)2
Asumsi :
aPbo =
1
PCl2 = 1 atm.
RT
Erev , sel = Eselo + -------
{ ln aPb2+ . (aCl-)2 }
nF
1,987 . 298
= -
0,262 + -------------- { ln 6,102 x 10-3. (1,702)2 }
2 . 23060
= - 0,452 Volt
2.6. Potensial Elektroda dan Potensial Sel Elektrolisis
Setiap logam yang berada
pada kesetimbangan dengan elektrolitnya mempunyai suatu harga potensial
tertentu, tergantung pada aktivitas ion-ion logam tersebut di dalam larutan /
elektrolit tersebut. Bila aktivitas ion logam tersebut sama dengan 1 (satu),
maka potensial kesetimbangan tersebut dinamakan "potensial elektroda
standar". Pada suatu temperatur tertentu (isothermic) setiap logam
mempunyai harga potensial standar tertentu yang bersifat spes.ifik
untuk logam yang bersangkutan dan dinyatakan berdasarkan reaksi reduksi ion
logam_tersebut :
Mn++-ne-
= M
|
EoMn+M
|
Bila
reaksi berada dalam kesetimbangannya maka harga potensial reaksi reversibel
tersebut samadengan nol ( E = 0 ) sehingga persamaan Nernst menjadi :
RT
Eo = -----
ln K
nF
Eo = potensial
elektroda standar
= potensial reduksi standar
= potensial kesetimbangan reaksi 1/2
sel standar
Potensial elektroda standar masing-masing logam
dapat ditentukan berdasarkan dua standar elektroda, yaitu :
a.
Berdasarkan standar
elektroda Calomale (air raksa)
disebut sebagai Standard Calomale
Electrode (SCE)
Hg2C12 + 2 e- = 2 Hg + 2 Cl- EoHg++/Hg = - 0,789
Volt
b.
Berdasarkan standar
elektroda Hidrogen disebut Standard
Hydrogen Electrode (SHE)
2 H+ + 2 e- = H2
E°H+/H2
= 0,0000 Volt
Pada umumnya potensial elektroda standar
masing-masing logam ditentukan berdasarkan standar elektroda hidrogen (SHE),
yaitu bahwa potensial standar untuk
sistem H+/H2 = 0 Volt, pada 298 °K, sedangkan potensial standar logamnya
dibandingkan terhadap harga potensial standar hidrogen tersebut. Harga potensial standar pada 298 °K untuk beberapa sistem elektroda ( Eo298 K) banyak tersedia di buku acuan.
dibandingkan terhadap harga potensial standar hidrogen tersebut. Harga potensial standar pada 298 °K untuk beberapa sistem elektroda ( Eo298 K) banyak tersedia di buku acuan.
19
Tabel 2.2. Contoh Potensial
Reversibel Beberapa Logam
Sistem
|
E°298 K (volt) 1,5000
|
Sistem
Zn24________ /
Zn
|
E°298 K
(volt)
- 0,763
|
Au+/ Au
|
|||
Ag+,
/ Ag
|
0,7991
|
Mn2+ / Mn
|
- 1,180
|
Hg
2+ / Hg
|
0,789
|
Ca2+ / Ca
|
- 2,870
|
Cu+
/ Cu
|
0,520
|
Na+
/ Na
|
-
2,714
|
Cu2+
/ Cu
|
0,337
|
K+ / K
|
-
2,925
|
H+ / H2
|
0,000
|
Li+ / Li
|
- 3,045
|
Pb2+
/ Pb
|
- 0,126
|
Cl-
/ C12
|
1,3595
|
Sn2+
/ Sn
|
- 0,136
|
Br-
/ Br2
|
1,0652
|
Ni2+
/ Ni
|
- 0,250
|
I-
/12-
|
0,5355
|
Co2+
/ Co
|
- 0,277 _
|
0H-
/ 02
|
0,401
|
Cd2+
/ Cd
|
- 0,403
|
S2-
/ S
|
-0,48
|
Fe2+ / Fe
|
- 0,440
|
Se2- / Se
|
-
0,92
|
Cr3+ / Cr
|
- 0,740
|
Te2- / Te
|
- 1,14
|
Di samping, potensial
elektroda tersebut, untuk setiap logam berlaku pula beberapa reaksi
kesetimbangan lain dengan sistem larutan air, antara lain :
Mm+
(m - n) e- = Mn-
M(OH)n - n H+ + n e- = M + n H2O
Beberapa reaksi kesetimbangan untuk
sistem-sistem logam di dalam air juga dipengaruhi oleh pH. Oleh karena itu
untuk setiap logam potensial-potensial reaksi kesetimbangan tersebut dapat
dialurkan pada diagram E vs pH. Seperti halnya dalam penyusunan diagram log p02
- pH , di sini
juga dapat disusun seperangkat persamaan kesetimbangan sebagai berikut :
1.
M2+ + 2 e- =
M
2.
M3+ + e- =
M2+
3.
M2+ + 2 H2O = M(0H)2
+ 2 H+
4.
M(OH)3 + 3 H+ - 3e- = M + 3 H20
5.
M(0H)2: = MO22- + 2 H+
6.
M(OH)3 = MO2-
+ H2O + H+
21
Jadi
harga potensial sel elektrolisis (
Esel ) teoritis adalah jumlah dari potensial elektroda, yaitu potensial katoda dan anoda (E1 dan E2).
Sedangkan E°1 adalah potensial
standar logam satu dan E°2 adalah potensial standar logam
dua, dalam satuan volt, R adalah tetapan gas atau bilangan Reynold (
8,3143 J.K-I .mol-1 ), T adalah temperatur
proses (Kelvin), F bilangan Farraday, n perubahan valensi, a aktivitastas.
2.7. Potensial Lebih ( Overpotensial = )
Harga Esel
merupakan besarnya potensial elektrik yang harus diberikan dari sumber luar, agar proses berlangsung secara reversibel. Dalam
praktek potensial yang harus
diberikan agar reaksi berlangsung secara nyata selalu lebih besar dari harga tersebut, karena proses berlangsung secara irreversibel.
Hal ini disebabkan oleh adanya potensial-potensial tambahan yang
diperlukan untuk mengatasi berbagai tan / tahanan dalam sistem elektrolisis
yang bersangkutan. Antara lain yang terpenting
adalah potensial yang diperlukan untuk mengatasi penghalang energi (energy barrier) pada antar muka elektroda-elektrolit agar reaksi
dapat berlangsung, yang dikenal sebagai "over potensial
pengaktifan". Hambatan-hambatan lain adalah berbagai
jenis over potensial (konsentrasi, tahanan) serta tahanan elektrolit sendiri dan tahanan rangkaian. Masalah ini merupakan salah satu pokok
bahasan terpenting yang merupakan bagian studi elektrometalurgi.
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa kesetimbangan dalam sistem elektrokimia bersitat dinamis, yaitu ada ion logam tereduksi dan
ada atom logam yang terionisasi.
Terjadi arus kecil yang disebut arus
pertukaran. Agar terjadi reaksi kimia efektif, maka harus
ada sumber arus luar (faktor ketidakreversibelan) yang terdiri atas beberapa komponen.
Pertama, potensial yang diperlukan untuk
mengatasi tahanan elektrolitnya (sesuai hukum Ohm). Selain itu potensial yang diperlukan untuk mengatasi
potensial tambahan yang disebut tegangan lebih, over-voltage, polarisasi atau overpotensial, yang dirumuskan sebagai berikut :
Overpotensial
( ) = Ei - Estb
dengan Ei potensial saat arus
mengalir, Estb potensial kesetimbangan dan 𝛈 (eta) merupakan overpotensial.
Saat arus mengalir,
aktivitas pereaksi disekitar elektroda berubah, sehingga menyebabkan overpotensial
konsentrasi. Bila deposisi pada katoda telah berlangsung beberapa saat, maka ion logam yang terdapat di dalam elektrolit
berkurang yang menyebabkan potensial kesetimbangan (Nernst) menurun. Hal ini tergantung pada konsentrasi ion tepat di dekat elektroda. Overpotensial ini
berangsur-angsur hilang dengan adanya konveksi pengadukan yang balk.
Untuk proses katodik (reduksi), pada katoda,
overpotensial konsentrasinya adalah negatif. Sedangkan untuk proses anodik (oksidasi), pada anoda, overpotensial konsentrasinya
positif. Menurunnya potensial kesetimbangan Nernst) akibat adanya overpotensial konsentrasi dapat
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
diilustrasikan sebagai berikut
Overpotensial aktivasi disebabkan adanya berbagai hambatan kinetik yang terjadi
atas reaksi sistem elektrokimia, salah satu contoh adalah overvoltage hidrogen. Apabila potensial katodik logam semakin
negatif, maka ion logam tersebut sukar terdeposisi (mengendap) pada katoda, karena hidrogen (E°H+ / H2
= 0 volt) akan terdeposisi terlebih dahulu pada katoda. Selain itu
overpotensial ini ialah akibat adanya hidrasi ion logam dalam larutan. Oleh
sebab itu, hambatan kinetik ini harus
dirusak agar air terbebaskan dan ion logam dapat terdeposisi.
Apabila besarnya
potensial aktivasi lebih besar dari pada 50 mV, maka proses katodik dinyatakan
oleh persamaan Tafel :
𝛈akt = a + b log i
dengan a dan b adalah
tetapan (tergantung pada mekanisme, aktivitas zat, suhu) dan i adalah rapat
arus. Dari persamaan Tafel tersebut temyata overpotensial_ aktivasi merupakan
fungsi logaritmik rapat arusnya.
Apabila reaksi katoda
dan anoda tidak sama dan berlawanan, maka terdapat sumber potensial tambahan
lain, menyangkut energi yang diperlukan untuk menguraikan pereaksi dalam
sistem. Dalam hal larutan berair, ini menyangkut pengeluaran hidrogen pada
katoda dan oksigen pada anoda, disebut potensial
dekomposisi (penguraian).
Demikian banyak jenis
overpotensial sehingga sulit untuk menghitung dengan pasti potensial yang hams
diberikan pada sistem agar
deposisi dapat berlangsung. Besarnya potensial yang hams diberikan pada sistem
(Etota1) adalah :
Etotal
= Eanoda + Ekatoda + Overpotensial
Dalam praktek, reaksi pada
elektroda sering berjalan tidak reversibel (irreversible). Makin besar
potensial, makin kuat arus dan makin cepat laju reaksinya.
Tenaga (Watt) yang
dibutuhkan oleh arus searah untuk suatu proses elektrolisa adalah
Watt
= Volt x Ampere
Beberapa contoh hubungan antara proses dengan energi yang
dibutuhkan sebagai berikut
No.
|
Macam proses
|
KWH / Ton metal
|
1
|
Pemurnian
tembaga
|
280
|
2
|
Pemurnian
timbal
|
140
|
3
|
Pemurnian
nikel
|
2.000
|
4
|
Produksi
allumunium
|
22.000
|
5
|
Produksi
magnesium
|
20.000
|
6
|
Produksi
zinc
|
3.500
|
di mana : KWH =
|
Volt -x Ampere x Jam
|
1000
|
2.8. Dalil Umum Untuk Mengontrol Proses Elektrolisa
a.
Jika anoda larut, maka
impuritis yang kurang mulia dari logam mulianya akan ikut larut, tetapi
impuritis yang lebih mulia dari logam utamanya tidak akan larut, namun akan
jatuh sebagai Lumpur endapan di dasar sel (cell).
Contoh
: Di dalam elektrolisa Cu, unsur Fe kurang murni dari Cu sehingga ikut larut
bersama Cu. Sedangkan Au dan Ag lebih murni
dari
Cu, maka tidak ikut larut dan mengendap di dasar sel.
b.
Beberapa
impuritis bisa membentuk garam yang tidak larut, misal :
Pb + H2SO4 _ _____ PbSO4
c.
Beberapa impuritis yang
bisa larut hiasanya tidak diendapkan pada katoda, hal ini terjadi bila
potensial dekomposisi (penguraian) lebih besar dari potensial yang diberikan
untuk mengimbangi turunnya voltage pada daerah kontak.
d.
Logam-logam yang
diendapkan pada katoda akan dipengaruhi oleh hukum masa aksi, yaitu :
"bila ada sejumlah massa di dalam elektrolit, maka massa ion yang
jumlahnya lebih banyak akan diendapkan terlebih dahulu".
Untuk menjaga agar konsentrasi impuritis di
dalam elektrolit tetap rendah, maka setiap waktu tertentu dilakukan penggantian
elektrolit.
Pada proses elektrorefining
logam yang akan dimurnikan dicetak menjadi bentuk tertentu yang akan
digunakan sebagai anoda pada sel elektrolisis. Proses yang terjadi pada dasarnya merupakan
perpindahan logam utama (yang akan dimurnikan) dari anoda ke katoda.
Sel-nya terbentuk dari cor beton (concrete) atau kayu yang dilapisi dengan timbal atau aspalitic material,
dengan tujuan agar elektrolit yang bersifat asam tidak mempengaruhi selnya. Anoda dan
katoda disusun berselang-seling, sedangkan
elektrolitnya selalu disirkulasikan
berdasarkan atas gravitasi (lihat Gambar)
Pada proses elektrorefining, anoda akan larut dan terjadi reaksi oksidasi, sedangkan pada katoda akan terjadi
pengendapan yang mana biasanya terjadi reaksi reduksi.
Reaksi-reaksi utama
yang terjadi, misalnya pada-pemurnian tembaga adalah :
Cu = Cu2+ + 2 e- E°
= - 0,34 volt
Cu2+ + 2 e- = Cu E° = 0,34
volt
-------------------------------------------------------------------
Cuanoda = Cukatoda Eo = 0,00 volt
Berarti potensial reversibel proses refining untuk segala jenis logam adalah 0
volt. Dalam praktek potensial
yang harus diberikan adalah untuk mengatasi berbagai overpotensial seperti
dilkemukakan di atas serta hambatan-hambatan lain yang ada dalam sistem elektrolisis. Logam
yang diperoleh pada katoda secara teoritis mempunyai
kemurnian 100 %, karena unsur-unsur logam pengotor baik yang lebih mulia maupun
yang kurang mulia tidak ikut terendapkan. Logam-logam yang lebih mulia dengan pengaturan
tegangan sel
yang tepat tidak akan larut melainkan lepas
menjadi butiran-butiran yang dikenal sebagai lumpur anoda. Lumpur anoda ini mempunyai nilai yang tinggi karena pada umumnya terdiri dari Au, Ag dan logam mulia lain. Sebaliknya logam yang kurang mulia akan lebih mudah terlarut dari pada logam utama, tetapi tidak ikut terendapkan pada katoda.
menjadi butiran-butiran yang dikenal sebagai lumpur anoda. Lumpur anoda ini mempunyai nilai yang tinggi karena pada umumnya terdiri dari Au, Ag dan logam mulia lain. Sebaliknya logam yang kurang mulia akan lebih mudah terlarut dari pada logam utama, tetapi tidak ikut terendapkan pada katoda.
3.3. Elektroplatting (Penyepuhan)
Elektroplatting atau penyepuhan adalah suatu pengendapan dengan cara elektrolisa, yang maksudnya adalah
untuk melindungi dari korosi maupun digunakan untuk memberikan warna yang lebih menarik daripada metal
yang dilapisi.
Pada umumnya logam yang digunakan sebagai pelapis harganya lebih mahal dari logam yang akan
dilapisi, seperti : chroom (Cr), timah (Sn), nikel (Ni), emas (Au), perak (Ag), tembaga
(Cu), platina (Pt), dan sebagainya.
Ada beberapa tahap di dalam proses penyepuhan, yaitu
a. Pencucian
Dalam
me1akukan elektroplatting, barang yang akan dilapis tidak boleh
begitu saja dicelupkan ke
sel / bak tanpa perlakuan terlebih dulu. Permukaan harus bersih, idealnya berupa atom-atom
substrat tanpa pengotor apapun. Akan tetapi
-) 7
hal ini mustahil tercapai baik di laboratorium
maupun di pabrik.
Langkah-langkah pembersihan harus disertai pertimbangan atas
faktor-faktor jenis
dan jumlah kotoran, jenis finish yang akan dilapisi.
Setidaknya ada tiga langkah pembersihan penting dalam
mempersiapkan elektroplating, pelarut organik (penghilangan lemak), pembersihan
alkali, serta pickling asam.
Pelarut organik (penghilang lemak) yang sering digunakan berupa
uap. Biasanya berupa hidrokarbon terkhlorinisasi, ditambah inhibitor untuk
menekan hidrolisis oleh lembaban di udara yang berakibat terbentuknya hidrogen
khlorida (korosif). Tipe penghilang lemak jenis uap dapat bermacam-macam.
Pembersih alkali lebih lazim diperlukan untuk menghilangkan film
minyak yang masih tersisa dari pembersihan sebelumnya. Pemberih alkali harus larut air, membasahi
permukaan, membasahi/menembus_ kotoran dan mengemulsikannya, tidak memberi
noda pada permukaan logam.
Pembersih biasanya bukan alkali tunggal, namun campuran alkali
dengan berbagai sabun/surfaktan, zat penghelat, jenis-jenis soda abu, kaustik,
fosfat, silikat dll. agar lebih efektif. Formulasinya khas untuk yang sistem
celup, semprot, electrocleaner dll.
Membersihkan substrat yang akan
difinish/elektroplatting dapat secara tangan, dapat pula celup alkali. Bagi
bahan-bahan tertentu dapat dilakukan pembersihan ultraconik. Penghilangan lemak
secara semprot alkali dapat menggunakan mesin khusus untuk itu.
Apabila logam yang akan
dielektroplatting memiliki kerak atau karat amat banyak, perlu dilakukan pickling asam sebelum tahap pembersihan.
Begitu pula setelah pembersihan alkali, sisa-sisa oksida dll. perlu dinetralkan
dulu, disainping dibilas menggunakan asam. Asam yang lazim digunakan untuk pickling ialah : sulfat (paling banyak
digunakan), khlorida, nitrat, fosfat, fluorida, fluosilikat, fluoborat, chromat
dan sulfamat. Garam asam seperti natrium bisulfat, ferri khlorida, ammonium persulfat dsb. juga sering dipakai. Apabila kerak masih juga
belum larut, dapat dibuat menjadi lebih mudah larut dalam asam encer. Kalium
permanganat dan kaustik soda bermanfaat untuk pralakuan. Begitu pula memakai
lelehan natrium hidroksida ditambah dengan natrium hibrida (logam natrium plus
hidrogen). Pickling lebih efektif
jika disertai dengan anus listrik.
b. Penyepuhan
Penyepuhan (elektroplatting) ialah
elektrodeposisi pelapis / coating logam melekat ke elektroda untuk menjaga
substrat dengan memberikan permukaan dengan sifat dan dimensi yang berbeda dari
logam yang dilapis.
Sistem plating terdiri dari : sirkit luar
(tangki), elektroda negatif (katoda) yaitu barang yang dilapis, larutan
platting, elektroda positif (anoda).
c. Pelumasan
Setelah proses penyepuhan hasilnya diberi minyak dengan maksud agar mengkilap. Electropolishing
menghasilkan permukaan bagus uictuk elektroplatting lebih lanjut (proses final
bagi baja stainless). Permukaan menjadi
Arus listrik yang digunakan pada elektrolisa molten salt berfungsi sebagai :
a.
Elektrolisa
b.
Sumber panas daripada
elektrolit supaya bath tetap cair dan
biasanya tidak perlu panas dari luar.
3.5. Electro Thermic Process
Pada
electro thermic process, arus listrik bisa digunakan untuk menimbulkan panas
untuk melebur metal. Cara ini dilakukan bila :
a.
Listrik
di daerah peleburan lebih murah dari
pada bahan bakar lainnya. •
b.
Panas
bahan bakar yang ada tidak cukup untuk melebur metal,
c.
Digunakan pada pembuatan
ferro alloy, ferro chromium dan ferro tungsten dengan maksud agar tidak terjadi pengotoran.
Keuntungan yang didapat
di dalam peleburan atau pemurnian dengan menggunakan listrik adalah :
a.
Produkta
yang didapat lebih rendah kadar sulfurnya.
b.
Temperatur
maupun panas peleburan mudah diatur.
c.
Tidak
ada gas yang dihasilkan dari bahan bakar, apalagi abu bahan bakar.
Tenaga
listrik dapat diubah dalam bentuk panas dengan melalui beberapa cara,
diantaranya adalah :
a.
Loncatan
arus listrik (electric arc furnace)
Dapur peleburan arc furnace ini biasanya mempunyai diameter 20 feet dan kapasitas
80 ton. Dindingnya dilapisi dengan refractory yang bagian atasnya ditembus oleh
tiga buah elektroda yang mengeluarkan bunga api, sehingga memanaskan material
yang dilebur. Bila material telah melebur maka yang pertama kali dituang adalah
slag-nya kemudian baru metalnya.
b.
Induction
Furnace
Merupakan dapur peleburan yang pemanasnya dilakukan dengan
jalan mengalirkan arus listrik ke suatu metal, sehingga tahanan metal ini
menimbulkan panas. Biasanya cara ini dilakukan di laboratorium, di mana sebuah cruicible dililit dengan kawat listrik,
sedangkan material yang akan dilebur di masukkan ke dalam cruicible tersebut.
Disamping dapur peleburan di atas masih ada tanur yang lain seperti
resistance furnace, vacuum melting, di mana panas / temperatur yang ditimbulkannya bisa rnencapai
3500oC.
Its quite interesting providing good solutions. windows 8 application development
BalasHapusPunya no.telp yg bisa dihub.i bang?
BalasHapusTq, okto cibubur 0812.9635.5805
Sangat Menarik
BalasHapus