Septian Nurcahyo
710012111
Pertambangan –
02
Ilmu Sosial dan
Budaya Dasar
Tugas :
Mengenal budaya anda !
Mengenal budaya anda !
YOGYAKARTA
Budaya Jawa Yogyakarta
Budaya Jawa Yogyakarta
Saya bukan
pemerhati soal budaya dan tidak mempunyai latar belakang ilmu budaya, namun
sebagai putra Jawa yang lahir di Pulau
Sumatra atau lebih tepatnya di Lampung, saya berhak mengetahui budaya saya,
yaitu budaya Jawa.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau
akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang
dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Berdasarkan wujudnya, kebudayaan dapat digolongkan atas dua
komponen utama: kebudayaan material dan nonmaterial.
1. Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat
yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah
temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah
liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup
barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian,
gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
2. Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak
yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita
rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
Adapun
budaya Jawa mempunyai beberapa ciri yang salah satunya adalah menjunjung
tinggi nilai harmoni :
Kebudayaan
Jawa mengutamakan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian. Semua unsur
kehidupan harus harmonis, saling berdampingan, intinya semua harus sesuai.
Segala sesuatu yang menimbulkan ketidakcocokan harus dihindari, kalau ada hal
yang dapat mengganggu keharmonisan harus cepat dibicarakan untuk dibetulkan
agar dapat kembali harmonis dan cocok lagi.
Biasanya
yang menganggu keharmonisan adalah perilaku manusia, baik itu
perilaku manusia dengan manusia atau perilaku manusia dengan alam. Kalau
menyangkut perilaku manusia dengan alam yang membetulkan ketidakharmonisan
adalah pemimpin atau menjadi tanggungjawab pimpinan masyarakat. Yang sulit
apabila keseimbangan itu diganggu oleh perilaku manusia dengan manusia sehingga
menimbulkan konflik. Ketidakcocokan atau rasa tidak suka adalah hal yang umum,
namun untuk menghindari konflik, umumnya rasa tidak cocok itu dipendam saja.
Ciri atau identitas lainnya dari budaya Jawa adalah
keyakinan Kejawen. Kejawen adalah kepercayaan yang hidup di suku Jawa. Kejawen
pada dasarnya bersumber dari kepercayaan Animisme yang dipengaruhi ajaran Hindu
dan Budha. Karena itulah suku Jawa umumnya dianggap sebagai suku yang mempunyai
kemampuan menjalani sinkretisme kepercayaan, semua budaya luar diserap dan
ditafsirkan menurut nilai-nilai Jawa.
Bahasa
Jawa Yogyakarta
Bahasa Jawa Yogyakarta adalah dialek yang diucapkan
masyarakat Yogya.
Masyarakat Yogyakarta biasanya menyingkat kata, atau menambahi kalimat agar
mantap dan enak didengar.
Contoh kalimat
Wah,
piye ta iki, wis dikandhani kok ra ngrungokke. Jan!
(Wah, bagaimana sih, sudah dikasih
tau kok (dia) tidak mendengarkan. Kata "Jan" tak memiliki arti
khusus. Kata "Jan" digunakan supaya terdengar mantap dan enak
didengar).
Piye,
wis dhong apa durung??
(Bagaimana, sudah mengerti atau
belum??).
Wo,
jan payah tenan cah iki, ra dhongan.
(Wah, memang payah sekali anak
ini, susah mengertinnya).
Piye
je?
Kalimat ini sering digunakan orang
Yogya jika lagi bingung, biasanya digunakan oleh orang Yogya yang tinggal agak
jauh dari kota.
Sakjane/jan-jane(sak tenane)= Jan-jane yo mbak wong kuwi ra. (Dari kata ora=tidak).
Sekolah
neng UGM, ukara sing tenan dadi sak tenane yo mbak wong kuwi ora sekolah neng
UGM.
Penambahan huruf m di depan kata
Orang
Jawa juga suka menambahi huruf m
di depan sebuah kata. Misalnya,
Baciro
= mBaciro (nama kampung).
Besuk
= mBesuk.
Bantul
= mBantul.
Bandung
= mBandung.
Bogor
= mBogor.
Bogem
= mBogem (tempat supitan anak-anak).
Tingkatan bahasa
Bahasa
Jogja juga punya 3 tingkatan bahasa, yaitu:
Bahasa
sangat halus (Krama Alus)
Bahasa
halus (Krama Lugu/Ngoko Alus)
Bahasa
biasa (Ngoko Lugu)
Misalnya,
Dalam
Bahasa Indonesia = Memberi
Dalam
Bahasa Jawa Krama Inggil = Nyaosi
Dalam
Bahasa Jawa Krama = Maringi
Dalam
Bahasa Jawa Ngoko = Menehi
Aspek Seni
Daerah
Istimewa Yogyakarta memiliki banyak sekali kesenian. Baik itu kesenian budaya
seperti tari-tarian ataupun seni kerajinan seperti batik, perak, dan wayang.
1. Batik
Batik
adalah salah satu kerajinan khas Indonesia terutama daerah Yogyakarta. Batik
yogya terkenal karena keindahannya, baik corak maupun warnanya. Seni batik
sudah ada diturunkan oleh nenek moyang, hingga saat ini banyak sekali
tempat-tempat khusus yang menjual batik ini. Perajin batik banyak terdapat di
daerah pasar ngasem dan sekitarnya.
Kata
“batik” berasal dari gabungan dua kata bahasa
Jawa:
“amba”, yang bermakna “menulis” dan “titik” yang bermakna “titik”.
Batik adalah
salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua
hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan
sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini
dikenal sebagai wax-resist dyeing.
Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut,
termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik
Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait,
oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity)
sejak 2 oktober 2009.
Jenis
Batik
Menurut
teknik:
- Batik
tulis adalah
kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan.
Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
- Batik
cap adalah
kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap
( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu
kurang lebih 2-3 hari.
- Batik
lukis adalah
proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.
2.
Perak
Kerajinan perak di Yogyakarta
terkenal karena kekhassannya. Kerajinan ini berpusat di KotaGede, dimana hampir
seluruh masyarakat di daerah ini menjadi pengrajin dan penjual perak, banyak
para wisatawan yang datang ke tempat ini bila hendak membeli kerajinan perak.
3.
Wayang
Seni wayang banyak terdapat di
daerah jawa, khususnya jogjakarta, para pengrajin maupun pendalang sudah
diwariskan secara turun temurun. Pengarajin wayang banyak terdapat di daerah
pasar ngasem, bahan-bahan dari wayang ini terbuat dari kulit sapi atau kerbau,
sehingga tidak mudah rusak dan awet. Wayang mudah di dapat juga di daerah
sepanjang malioboro.
Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar.
Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar.
4. Tari Golek Menak Dari Yogyakarta
Tari
Golek Menak merupakan salah satu jenis tari klasik gaya Yogyakarta yang
diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Penciptaan tari Golek Menak
berawal dari ide sultan setelah menyaksikan pertunjukkan Wayang Golek Menak
yang dipentaskan oleh seorang dalang dari daerah Kedu pada tahun 1941. Disebut
juga Beksa Golek Menak, atau Beksan Menak. Mengandung arti menarikan wayang
Golek Menak. Karena sangat mencintai budaya Wayang Orang maka Sri Sultan
merencanakan ingin membuat suatu pagelaran yaitu menampilkan tarian wayang
orang. Untuk melaksanakan ide itu Sultan pada tahun 1941 memanggil para pakar
tari yang dipimpin oleh K.R.T. Purbaningrat, dibantu oleh K.R.T.
Brongtodiningrat, Pangeran Suryobrongto, K.R.T. Madukusumo, K.R.T. Wiradipraja,
K.R.T.Mertodipuro, RW Hendramardawa, RB Kuswaraga dan RW Larassumbaga. Proses
penciptaan dan latihan untuk melaksanakan ide itu memakan waktu cukup lama.
Pagelaran perdana dilaksanakan di Kraton pada tahun 1943 untuk memperingati
hari ulang tahun sultan. Bentuknya masih belum sempurna, karena tata busana
masih dalam bentuk gladi resik. Hasil pertama dari ciptaan sultan tersebut
mampu menampilkan tipe tiga karakter yaitu :
- Tipe karakter puteri untuk Dewi
Sudarawerti dan Dewi Sirtupelaeli,
- Tipe karakter putra halus untuk
Raden Maktal,
- tipe karakter gagah untuk Prabu
Dirgamaruta
Tiga
tipe karakter tersebut ditampilkan dalam bentuk dua beksan, yaitu perang antara
Dewi Sudarawerti melawan Dewi Sirtupelaeli, serta perang antara Prabu
Dirgamaruta melawan Raden Maktal. Melalui pertemuan-pertemuan, dialog dan
sarasehan antara sultan dengan para seniman dan seniwati, maka sultan Hamengku
Buwana IX membentuk suatu tim penyempurna tari Golek Menak gaya Yogyakarta. Tim
tersebut terdiri dari enam lembaga, yaitu : Siswo Among Beksa, Pusat Latihan
Tari Bagong Kussudiardja, Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI), Mardawa
Budaya, Paguyuban Surya Kencana dan Institut Seni Indonesia (ISI). Keenam
lembaga ini setelah menyatakan kesanggupannya untuk menyempurnakan tari Golek
Menak (1 Juni 1988), kemudian menyelenggarakan lokakarya dimasing-masing
lembaga, dengan menampilkan hasil garapannya. Giliran pertama jatuh pada siswa
Among Beksa pada tanggal 2 Juli 1988. Lokakarya yang diselenggarakan oleh siwa
Among Beksa pimpinan RM Dinusatama diawali dengan pagelaran fragmen lakon
kelaswara, dengan menampilkan 12 tipe karakter, yaitu :
- Alus impur (tokoh Maktal,
Ruslan dan Jayakusuma),
- Alus impur (tokoh Jayengrana),
- Alur kalang kinantang
(Perganji),
- Gagah kalang kinantang
(Kewusnendar, Tamtanus, Kelangjajali, Nursewan dan Gajah Biher),
- Gagah kambeng (Lamdahur),
- Gagah bapang (tokoh Umarmaya),
- Gagah bapang (Umarmadi dan
Bestak),
- Raseksa (Jamum),
- Puteri (Adaninggar seorang
Puteri Cina),
- Puteri impur (Sudarawerti dan
Sirtupelaeli),
- Puteri kinantang (Ambarsirat,
Tasik Wulan Manik lungit, dan kelas wara),
- Raseksi (mardawa dan Mardawi)
LAMPUNG
Budaya Lampung
Lampung adalah sebuah provinsi
paling selatan di Pulau Sumatera, Indonesia. Di sebelah utara berbatasan dengan Bengkulu dan Sumatera Selatan.
Provinsi Lampung dengan ibukota Bandar Lampung, yang merupakan gabungan dari kota
kembar Tanjungkarang dan Telukbetung memiliki wilayah yang
relatif luas, dan menyimpan potensi kelautan. Pelabuhan utamanya bernama
Pelabuhan Panjang dan Pelabuhan Bakauheni
serta pelabuhan nelayan seperti Pasar Ikan (Telukbetung), Tarahan, dan Kalianda
di Teluk Lampung.
Sedangkan di Teluk Semangka adalah
Kota Agung (Kabupaten Tanggamus),
dan di Laut Jawa terdapat pula pelabuhan nelayan seperti Labuhan Maringgai dan
Ketapang. Di samping itu, Kota Menggala juga dapat dikunjungi kapal-kapal
nelayan dengan menyusuri sungai Way Tulang Bawang, adapun di Samudra Indonesia
terdapat Pelabuhan Krui.
Lapangan terbang utamanya adalah
"Radin Inten II",
yaitu nama baru dari "Branti", 28 Km dari Ibukota melalui jalan
negara menuju Kotabumi, dan Lapangan terbang AURI terdapat di Menggala yang
bernama Astra Ksetra. Secara Geografis Provinsi Lampung terletak pada kedudukan :
Timur - Barat berada antara : 103o 40' - 105o 50' Bujur Timur Utara -
Selatan berada antara : 6o 45' - 3o 45' Lintang Selatan.
Rumah Adat
Rumah tradisional adat Lampung,
atau yang sering disebut Nuwo Sesat, memiliki ciri khas seperti: berbentuk
panggung, atap terbuat dari anyaman ilalang, terbuat dari kayu dikarenakan
untuk menghindari serangan hewan dan lebih kokoh bila terjadi gempa bumi, karena
masyarakat lampung telah mengenal gempa dari zaman dahulu dan lampung terletak
di pertemuan lempeng Asia dan Australia
Tapis Lampung
Kain Tapisa adalah pakaian wanita
suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan
motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistem sulam
(Lampung; "Cucuk").
Dengan demikian yang dimaksud
dengan Tapis Lampung adalah hasil tenun benang kapas dengan motif, benang perak
atau benang emas dan menjadi pakaian khas suku Lampung. Jenis tenun ini
biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat
dari benang kapas dengan motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam
dengan benang emas dan benang perak.
Tapis Lampung termasuk kerajian
tradisional karena peralatan yang digunakan dalam membuat kain dasar dan
motif-motif hiasnya masih sederhana dan dikerjakan oleh pengerajin. Kerajinan
ini dibuat oleh wanita, baik ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli)
yang pada mulanya untuk mengisi waktu senggang dengan tujuan untuk memenuhi
tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. Kain Tapis saat ini diproduksi
oleh pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditi
yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Seni dan budaya
Sastra
Lampung menjadi lahan yang subur
bagi pertumbuhan sastra, baik sastra (berbahasa) Indonesia maupun sastra (berbahasa) Lampung.
Kehidupan sastra (Indonesia) di Lampung dapat dikatakan sangat ingar-bingar
meskipun usia dunia kesusastraan Lampung relatif masih muda. Penyair Iwan
Nurdaya-Djafar yang baru kembali ke Lampung setelah
selesai kuliah di Bandung sekitar 1980-an mengaku kepenyairan di
Lampung masih sepi. Dia baru menjumpai Isbedy Stiawan ZS, A.M.
Zulqornain, Sugandhi
Putra, Djuhardi
Basri, Naim
Emel Prahana dan beberapa nama lainnya.
Barulah memasuki 1990-an kemudian
Lampung mulai semarak dengan penyair-penyair seperti Iswadi Pratama, Budi P. Hatees, Panji Utama, Udo Z. Karzi, Ahmad
Yulden Erwin, Christian
Heru Cahyo dan lain-lain. Menyusul kemudian Ari
Pahala Hutabarat, Budi
Elpiji, Rifian
A. Chepy, Dahta
Gautama dkk. Kini ada Dina Oktaviani, Alex
R. Nainggolan, Jimmy
Maruli Alfian, Y. Wibowo, Inggit
Putria Marga, Nersalya
Renata dan Lupita
Lukman. Selain itu ada cerpenis Dyah Merta dan M.
Arman AZ..
Leksikon Seniman Lampung (2005) menyebutkan tidak
kurang dari 36 penyair/sastrawan Lampung yang meramaikan lembar-lembar sastra
koran, jurnal dan majalah seantero negeri.
Teater
Perkembangan teater di Lampung
banyak dilatarbelakangi dari keinginan para pelajar dan mahasiswa yang
tergabung dalam kelompok seni untuk mendalami seni peran dan pertunjukkan.
Beberapa kelompok teater kampus dan pelajar yang masih tercatat aktif sampai
saat ini adalah teater Kurusetra (UKMBS Unila), KSS (FKIP Unila), Green Teater
(Umitra), Teater Biru (Darmajaya), Teater Kapuk (STAIN Metro), Teater Sudirman
41 (SMAN 1 Bandar Lampung), Teater Gemma (SMAN 2 Bandar Lampung), Teater Palapa
(SMAN 3 Bandar Lampung), Teater Sanggar Madani(SMAN 5 Bandar Lampung), Teater
Handayani (SMAN 7 Bandar Lampung), Kolastra (SMAN 9 Bandar Lampung), Teater
Sebelas (SMAN 11 Bandar Lampung), Teater Pelopor (SMA Perintis 1 Bandar
Lampung), Insyaallah Teater (SMU Perintis 2 Bandar Lampung), Teater Cupido
(SMAN 1 Sumberjaya).
Sedangkan beberapa teater yang
digerakkan seniman-seniman Lampung yaitu Teater Satu, Komunitas Berkat Yakin
(Kober), Teater Kuman, Teater Sendiri. Penggerak teater di Lampung yang masih
eksis mengembangkan seni pertunjukkan teater melalui karya-karyanya antara lain
Iswadi Pratama, Ari Pahala Hutabarat, Robi akbar, M. Yunus, Edi Samudra
Kertagama, Ahmad Jusmar, Imas Sobariah, Ahmad Zilalin, Darmawan. Lampung tidak
hanya dikenal banyak melahirkan sastrawan-sastrawan baru namun aktor-aktor
potensial pun juga tidak sedikit yang muncul seperti, Rendie Dadang Yusliadi,
Robi Akbar, Eyie, Iin Mutmainah, M Yunus, Dedi Nio, Liza Mutiara Afriani,
Iskandar GB, Ruth Marini.
Dalam tiap tahunnya even-even
teater seperti pertunjukan, lomba, workshop dan diskusi kerap digelar di
Provinsi ini serta tempat tempat yang sering digunakan adalah Gedung Teater
Tertutup Taman Budaya Lampung, Auditorium RRI, GSG UNILA, Academic Centre STAIN
Metro, Gedung PKM Unila, Aula FKIP Unila, Pasar Seni Enggal.
Adapun even tahunan teater yang
terbesar di Lampung adalah Liga Teater SLTA se-Provinsi Lampung sebagai ajang
apresiasi para aktor Pelajar Lampung yang kualitasnya tidak kalah dengan
pelajar di luar Lampung.
Musik
Sebagaimana sebuah daerah, Lampung
memiliki beraneka ragam jenis musik, mulai dari jenis tradisional hingga modern
(musik modern yang mengadopsi kebudayaan musik global). Adapun jenis
musik yang masih bertahan hingga sekarang adalah Klasik Lampung. Jenis musik
ini biasanya diiringi oleh alat musik gambus dan gitar akustik. Mungkin jenis
musik ini merupakan perpaduan budaya Islam dan budaya asli itu sendiri.
Beberapa kegiatan festival diadakan dengan tujuan untuk mengembangkan budaya
musik tradisional tanpa harus khawatir akan kehilangan jati diri. Festival Krakatau, contohnya adalah sebuah Festival yang
diadakan oleh Pemda Lampung yang bertujuan untuk mengenalkan Lampung kepada
dunia luar dan sekaligus menjadi ajang promosi pariwisata.
Tari
Ada berbagai jenis tarian yang
merupakan aset budaya Provinsi Lampung. Salah satu jenis tarian yang terkenal
adalah Tari
Sembah dan Tari
Melinting (saat ini nama Tari Sembah sudah dibakukan menjadi Sigeh
Pengunten). Ritual tari sembah biasanya diadakan oleh masyarakat
lampung untuk menyambut dan memberikan penghormatan kepada para tamu atau
undangan yang datang, mungkin bolehlah dikatakan sebagai sebuah tarian
penyambutan. Selain sebagai ritual penyambutan, tari sembah pun kerap kali dilaksanakan
dalam upacara adat pernikahan masyarakan Lampung.
Busana Adat
Daerah Lampung dikenal sebagai
penghasil kain tapis, kain tenun bersulam benang emas yang indah. Kain ini
dibuat oleh wanita. Pada penyelenggaraan upacara adat, seperti perkawinan, tapis
yang dipenuhi sulaman benang emas dengan motif yang indah merupakan kelengkapan
busana adat daerah Lampung.
Dalam keseharian laki-laki Lampung
mengikat kepalanya dengan kikat. Bahannya dari kain batik. Bila dipakai dalam
kerapatan adat dipadukan dengan baju teluk belanga dan kain. Lelaki muda
Lampung lebih menyukai memakai kepiah/ketupung, yaitu tutup kepala berbentuk
segi empat berwarna hitam terbuat dari kain tebal, apalagi kalau ingin bertemu
dengan gadis. Untuk mengiring pengantin dikenakan kekat akkin, yaitu destar
dengan bagian tepi dihias bunga-bunga dari benang emas dan bagian tengah
berhiaskan siger, serta di salah satu sudutnya terdapat sulaman benang emas
berupa bunga tanjung dan bunga cengkeh.
Sebagai penutup badan dikenakan
kawai, yaitu baju berbentuk teluk belanga belah buluh atau jas. Baju ini
terbuat dari bahan kain tetoron atau belacu dan lebih disukai yang berwarna
terang. Tetapi sekarang banyak digunakan kawai kemija, yaitu bentuk kemeja
seperti pakaian sekolah atau moderen. Pemakaian kawai kemija ini sudah biasa
untuk menyertai kain dan peci, ketika menghadiri upacara adat sekalipun.
Bagian bawah mengenakan senjang,
yaitu kain yang dibuat dari kain Samarinda. Bugis atau batik Jawa. Tetapi
sekarang telah dikenal adanya celanou (celana) pendek dan panjang sebagai
penganti kain.
Kaum wanita Lampung sehari-hari
memakai kanduk/kakambut atau kudung sebagai penutup kepala yang dililitkan.
Bahannya dari kain halus tipis atau sutera. Selain itu, kaum ibu kadangkadang
menggunakannya sebagai kain pengendong anak kecil.
Lawai kurung digunakan sebagai
penutup badan, memiliki bentuk seperti baju kurung. Baju ini terbuat dari bahan
tipis atau sutra dan pada tepi muka serta lengan biasa dihiasi rajutan renda
halus. Sebagai kain dikenakan senjang atau cawol. Untuk mempererat ikatan kain
(senjang) dan celana di pinggang laki-laki digunakan bebet (ikat pinggang),
sedangkan wanitanya menggunakan setagen. Perlengkapan lain yang dikenakan oleh
laki-laki Lampung adalah selikap, yaitu kain selendang yang dipakai untuk
penahan panas atau dingin yang dililitkan di leher. Pada waktu mandi di sungai,
kain ini dipakai sebagai kain basahan. Selikap yang terbuat dari kain yang
mahal dipakai saat menghadiri upacara adat dan untuk melakukan ibadah ke
masjid.
Untuk menghadiri upacara adat,
seperti perkawinan kaum wanita, baik yang gadis maupun yang sudah kawin,
menyanggul rambutnya (belatung buwok). Cara menyanggul seperti ini memerlukan
rambut tambahan untuk melilit rambut ash dengan bantuan rajutan benang hitam
halus. Kemudian rajutan tadi ditusuk dengan bunga kawat yang dapat
bergerak-gerak (kembang goyang).
Khusus bagi wanita yang baru
menikah, pada saat menghadiri upacara perkawinan mengenakan kawai/kebayou
(kebaya) beludru warna hitam dengan hiasan rekatan atau sulaman benang emas
pada ujung-ujung kebaya dan bagian punggungnya. Dikenakan senjang/ cawol yang
penuhi hiasan terbuat dari bahan tenun bertatah sulam benang emas, yang dikenal
sebagai kain tapis atau kain Lampung. Sulaman benang emas ada yang dibuat
berselang-seling, tetapi ada yang disulam hampir di seluruh kain.
Para ibu muda dan pengantin baru
dalam menghadiri upacara adat mengenakan kain tapis bermotif dasar bergaris
dari bahan katun bersulam benang emas dan kepingan kaca. Di bahunya tersampir
tuguk jung sarat, yaitu selendang sutra bersulam benang emas dengan motif
tumpal dan bunga tanjung. Selain itu, juga dapat dikenakan selekap balak, yaitu
selendang sutra disulam dengan emas dengan motif pucuk rebung, di tengahnya
bermotifkan siger yang di kelilingi bunga tanjung, bunga cengkeh dan hiasan
berupa ayam jantan.
Untuk memperindah dirinya
dipergunakan berbagai asesoris terbuat dari emas. Selambok/rattai galah, yaitu
kalung leher (monte) berangkai kecil-kecil dilengkapi dengan leontin dari batu
permata yang ikat dengan emas. Kelai pungew, yaitu gelang yang dipakai di
lengan kanan atau kiri, biasanya memiliki bentuk seperti badan ular (kalai
ulai). Pada jari tengah atau manis diberi cincin (alali) dari emas, perak atau
suasa diberi mata dari permata. Dikenakan pula kalai kukut, yaitu gelang kaki
yang biasanya berbentuk badan ular melingkar serta dapat dirangkaikan. Kalai
kukut ini dipakai sebagai perlengkapan pakaian masyarakat yang hidup di desa,
kecuali saat pergi ke ladang.
Pakaian mewah dipenuhi dengan
warna kuning keemasan dapat dijumpai pada busana yang dikenakan pengantin
daerah Lampung. Mulai dari kepala sampai ke kaki terlihat warna kuning emas.
Di kepala mempelai wanita
bertengger siger, yaitu mahkota berbentuk seperti tanduk dari lempengan
kuningan yang ditatah hias bertitik-titik rangkaian bunga. Siger ini berlekuk
ruji tajam berjumlah sembilan lekukan di depan dan di belakang (siger tarub),
yang setiap lekukannya diberi hiasan bunga cemara dari kuningan (beringin
tumbuh). Puncak siger diberi hiasan serenja bulan, yaitu kembang hias berupa
mahkota berjumlah satu sampai tiga buah. Mahkota kecil ini mempunyai lengkungan
di bagian bawah dan beruji tajam-tajam pada bagian atas serta berhiaskan bunga.
Pada umumnya terbuat dari bahan kuningan yang ditatah.
Badan mempelai dibungkus dengan
sesapur, yaitu baju kurung bewarna putih atau baju yang tidak berangkai pada
sisinya dan di tepi bagian bawah berhias uang perak yang digantungkan berangkai
(rambai ringgit). Sebagai kainnya dikenakan kain tapis dewo sanow (kain tapis
dewasana) dipakai oleh wanita pada waktu upacara besar (begawi) dari bahan
katun bersulam emas dengan motif tumpal atau pucuk rebung. Kain ini dibuat
beralaskan benang emas, hingga tidak nampak kain dasarnya. Bila kain dasarnya
masih nampak disebut jung sarat. Jenis tapis dewasana merupakan hasil tenunan
sendiri, yang sekarang sangat jarang dibuat lagi.
Pinggang mempelai wanita
dilingkari bulu serti, yaitu ikat pinggang yang terbuat dari kain beludru
berlapis kain merah. Bagian atas ikat pinggang ini dijaitkan kuningan yang
digunting berbentuk bulat dan bertahtakan hiasan berupa bulatan kecil-kecil. Di
bawah bulu serti dikenakan pending, yaitu ikat pinggang dari uang ringgitan
Belanda dengan gambar ratu Wihelmina di bagian atas.
Pada bagian dada tergantung mulan
temanggal, yaitu hiasan dari kuningan berbentuk seperti tanduk tanpa motif,
hanya bertatah dasar. Kemudian dinar, yaitu uang Arab dari emas diberi peniti
digantungkan pada sesapur, tepatnya di bagian atas perut. Dikenakan pula buah
jukum, yaitu hiasan berbentuk buah-buah kecil di atas kain yang dirangkai
menjadi untaian bunga dengan benang dijadikan kalung panjang. Biasanya kalung
ini dipakai melingkar mulai dari bahu ke bagian perut sampai ke belakang.
Gelang burung, yaitu hiasan dari
kuningan berbentuk burung bersayap yang diikatkan pada lengan kiri dan kanan,
tepatnya di bawah bahu. Di atasnya direkatkan bebe, yaitu sulaman kain halus
yang berlubang-lubang. Sementara gelang kana, terbuat dari kuningan berukir dan
gelang Arab, yang memiliki bentuk sedikit berbeda, dikenakan bersama-sama di
lengan atas dan bawah.
Mempelai laki-laki mengenakan
kopiyah mas sebagai mahkota. Bentuknya bulat ke atas dengan ujung beruji tajam.
Bahannya dari kuningan bertahtakan hiasan karangan bunga. Badannya ditutup dengan
sesapur warna putih berlengan panjang. Dipakai celanou (celana) panjang dengan
warna sama dengan warna baju.
Pada pinggang dibalutkan tapis
bersulam benang emas penuh diikat dengan pending. Bagian dada dilibatkan
membentuk silang limar, yaitu selendang dari sutra disulam benang emas penuh.
Lengan dihias dengan gelang burung dan gelang kana. Perlengkapan lain yang
menghiasi badan sama seperti yang dikenakan oleh mempelai wanita. Kaki kedua
mempelai dibungkus dengan selop beludru warna hitam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar