Minggu, 19 Oktober 2014

Cekungan "Batubara"



GEOLOGI REGIONAL
CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA LAPANGAN DURIAN

       I.            Geologi Regional Cekungan Jawa Barat Utara
Cekungan Jawa Barat Utara telah dikenal sebagai penghasil hidrokarbon utama diwilayah
operasiPT.Peratamina EP Region Jawa. Cekungan Jawa Barat Utara terletak dibarat laut jawa dan meluas sampai lepas pantai utara jawa. Cekungan jawa barat utara secara umum dibatasi oleh cekungan bogor disebelah selatannya, di bagian barat laut dibatasi oleh platform seribu, di bagian utara dibatasi oleh cekungan arjuna serta bagian timur laut dibatasi oleh busur karimunjaya.(Anonimop.cit. Narpodo,1996).
          Menurut padmusokismo(op.cit. Narpodo,1996), Cekungan jawa barat utara secara regional merupakan system busur belakang (back arc system) yang terletak diantara lempeng mikro sunda dan tunjaman lempeng india Australia. Cekungan jawa barat utara dipengaruhi oleh system block faulting yang berarah utara-selatan. System patahan yang berarah utara-selatan ini membagi cekungan jawa barat utara menjadi graben atau beberapa sub-cekungan dari barat ke timur, yaitu  sub-cekungan ciputat,sub-cekungan pasir putih dan sub-cekungan jatibarang. Masing-masing sub-cekungan dipisahkan oleh tinggian (block naik dari sesar). Tinggian rengasdengklok mamisahkan sub-cekungan ciputat dengan sub-cekungan pasir putih, tinggian pamanukan dan tinggian kadanghaur memisahkan sub-cekungan pasir putih dengan sub-cekungan jatibarang, seperti yang ditunjukkan pada gambar I.1 sedangkan gambar I.2 menunjukkan penampang tektonik cekungan jawa barat utara berarah utara-selatan.
          Konfigurasi sub-cekungan dan tinggian-tinggian ini sangat mempengaruhi penyebaran batuan sedimen tersier, baik sebagai batuan induk maupun sebagai batuan reseryoar. Sistem patahan blok terbentuk selama oroganesa kapur tengah hingga awal paleosen dan diperkirakan mengontrol struktur tersier di cekungan jawa barat utara. Berdasarkan pembagian sub cekungan, daerah penelitian masuk kedalam sub-cekungan jatibarang.





 

















Gambar I1. Geologi regional cekungan jawa barat utara .(Martodjojo, op.cit. Nopyansyah,2007).












Gambar I.2. Penampang tektonik cekungan jawa barat utara (tanpa skala),(Hareira,1991)
 








I.1.1. Sedimentasi cekungan jawa barat utara
          Periode awal sedimentasi di cekungan jawa barat utara dimulai pada kala eosin tengah-oligosen awal(fase transgresi). Pada periode ini dihasilkan sedimentasi vulkanik darat-laut dangkal dari farmasi jatibarang(Martodjojo,2003) saat aktivitas vulkanisme meningkat. Hal ini berhubungan cengan interaksi antar lempeng didaerah selatan pulau jawa, akibatnya daerah-daerah yang masih labil menjadi sering mengalami aktivitas tektonik. Material-material dari arah timur mulai diendapkan.
          Periode selanjutnya merupakan fase trnasfresi yang berlansung pada kala oligesen Akhir-Miosen Awal yang menghasilkan sedimen transgresif transisi deltaic hingga laut dangkal yang setara dengan formasi talang akal pada awal permulaan periode (Martodjojo,2003). Daerah cekungan terdiri dari dua lingkungan yang berbeda yaitu dibagian barat paralik sedangkan bagian timur merupakan laut dangkal. Selanjutnya aktifitas vulkanik semakin berkurang sehingga daerah-daerah menjadi agak stabil, tetapi anak cekungan ciputat masih aktif. Kemudian air laut menggenangi daratan yang berlangsung pada kala miosen awal mulai dari bagian barat laut terus kearah tenggara menggenangi beberapa tinggian kecuali tinggian tenggerang. Tinggian-tinggian ini merupakan sedimen klasik yang dihasilkan setara dengan formasi talang akar. Pada akhir miosen awal, daerah cekungan relative stabil dan daerah pamanukan sebelah barat merupakan platform yang dangkal, dimana karbonat berkembang bai sehingga membentuk setara dengan formasi baturaja sedangkan bagian timur merupakan dasar yang lebih dalam.
          Kala miosen tengah merupakan fase regresi. Pada cekungan jawa barat utara diendapkanj sedimen-sedimen laut dangkal dari formasi cibulakan atas. Sumber sedimen yang utama dari formasi cibulakan atas. Sumber sedimen yang utama dari formasi cibulakan atas diperkirakan berasal dari arah utara-barat laut. Akhir miosen tengah kembali menjdai kawasan yang stabil. Batugamping berkembang dengan baik. Perkembangan yang baik dikerenakan aktivitas tektonik yang sangat lemah dan lingkungan pengendapan berupa laut dangkal. Kala miosen akhir-pliosen (fase-regresi) merupakan fase pembentukan formasi parigi dan cisubuh. Kondisi daerah cekungan mengalami sedikit perubahan dimana kondisi laut semakin berkurang masuk kedalam lingkungan paralik.

          Kala pleistosen-aluvium ditandai untuk pengangkatan sumbu utama jawa. Pengangkatan ini juga diikuti oleh aktivitas vulkanisme yang mengikat dan juga diikuti pembentukan struktur utama pulau jawa. Pengangkatan sumbu utama jawa tersebut berakhir secara tiba-tiba sehingga mempengaruhi kondisi laut. Butiran-butiran kasar diendapkan secara tidak selaras diatas formasi cisubuh, seperti yang ditunjukan pada gambar I.3 dan gambar I.4.
















Gambar I.3. Perubahan muka air laut global cekungan jawa barat utara



 




















Gambar I.4 lingkungan pengendapan pada cekungan jawa barat utara
I.1.2. tektonik dan struktur geoligi cekungan jawa barat utara
          Pada permulaan poleogen (eosin-oligosen), cekungan jawa barat mengalami proses tektonik regangan dengan pola sesar berarah utara-selatan yang berupa sesar-sesar normal. Pola sesar tersebut dinamakan sebagai pola sesar sunda(sunda fault). Pola sesar ini sangat sesuai dengan system sesar naik yang berada dibelakang busur volkanik disrkum pasifik yang disebut sebagai thrust fold belt system.
           Perkembangan pola sesar naik dibuktikan berdasarkan pada penyebaran umur endapan terbidit yang makin muda kea rah utara, sehingga diambil kesimpulan bahwa cekungan jawa barat yang semula diduga sebagai cekungan yang berkedudukan tetap, ternyata terus pindah dari selatan kearah utara dan akibatnya terjadi perkembangan pola sesar naik yang sesuai dengan pola sesar yang sering terjadi pada back arc basin. Perpindahan cekungan jawa barat ini juga dikombinasikan dengan timbulnya deretan jalur magmatis baru pada umur pliosen-pleistosen yang ditempati oleh jalur gunung api aktif disepanjang pulau jawa sampai sekarang. Cekungan jawa barat utara sangat dipengaruhi dengan adanya sesar bongkah berarah kurang lebih utara-selatan yang sangat berperan sebagai pembentuk arah cekungan dan pola sedimentasi.
          Penurunan daerah cekungan terus berlansung dengan lautan yang menutupi seluruh daerah lereng cekungan disebelah selatan melalui jalur-jalur yang terletak diantar bongkah-bongkah tektonik yang posisinya tinggi dan memisahkan bagian-bagian cekungan yang lebih kecil. Denudasi dan gerak penurunan berlansung terus.. dengan terisinya bagian-bagian cekungan, maka terbentuk suatu permukaan endapan yang datar dengan pengangkatan-pengangkatan lemah pada kawasan pinggir, menurunya permukaan laut yang menghasilkan susut laut secara regional, pengendapan sedimen klastik yang berbutir lebih kasar dan batugamping dari formasi parigi.
          Sebagai hasil dari penggerakan secara sinambung zaman tersier melalui system sesar yang berarah utara-selatan di cekungan sunda jawa barat, maka tingkat pertumbuhan struktur serta kepadatannya adalah sangat tinggi. Struktur-struktur umumnya berukuran besar dan luas. Gerak yang terbesar melalui sesar selama jaman tersier berlansung dikala oligesen hingga miosen awal, dimna telah terjadi pergeseran vertical dalam sekala besar, sekurang-kurangnya 120 meter sepanjang batas timur dari cekungan sunda. Gambar 1.5 berikut ini akan menunjukkan struktur utama cekungan jawa barat utara.










Gambar 1.5 Struktur utama cekungan jawa barat utara.
          Cekungan jawa barat utara telah terbukti sebagai cekungan minyak bumi yang potensial. Kegiatan eksplorasi secara aktif telah dilakukan dicekungan jawa barat utara dimana telah terjadi penemuan-penemuan terutama pada struktur-struktur antikli. Lapisan-lapisan utama yang berproduksi adlah batu pasir dari formasi talang akar dan formasi cibulakan.
          Secara tektonik, sejarah cekungan jawa barat utara tidak terlepas dari tektonik global Indonesia bagian barat dimana tatanan tektoniknya berupa system aktif margin,antara lempeng hindia dan lempeng selatan. Fase-fase tektonik yang terjadi dalam sejarah geologi cekungan ini adalah :
a.     Fase tektonik pertama
Pada zaman akhir kapur awal tersier, cekungan jawa barat utara dapat diklasifikasikan sebagai fore arc basing dengan dijumpainya orientasi structural mulai dari cileutuh, sub-cekungan bogor,jati barang, cekungan muriah dan cekungan Florence barat yang mengidentifikasikan control meratus trend. Sesar-sesar ini mengawali pembentukan cekungan-cekungan tersier Indonesia bagian barat dan membentuk cekungan jawa barat utara sebagai pull apart basin, seperti yang ditunjukan pada gambar I.6
 














Gambar I.6 Penampang tektonik kapur-miosen
          Pada cekungan jawa barat utara, periode paleogen dikenal sebagai pleogen extensional rifting. Tektonik ektensi ini membentuk sesar-sesar bongkah (half graben system) dan merupakan fase pertama rifting(rifting I : fill phase). Dua trend sesar normal yang diakibatkan oleh perkembangan rifting I berarah N 60°W-N 40°W dikenal sebagai pola sesar sunda.
b.     Fase tektonik kedua
Fase tektonik kedua terjadi pada pemulaan neogen(oligosen-miosen) dan dikenal sebagai neogen compressional wrenchin. Ditandai dengan pembentukan sesar akibat gaya kompresi dari tumbukan lempeng hindia-australia. Sebagian besar pergeseran sesar merupakan reaktifitas dari sesar normal yang terbentuk pada periode palaeogen, seperti yang ditunjukan pada gambar I.7. Peristiwa ini mengakibatkan terbentuknya jalur penumjaman baru diselatan jawa. Jalur vulkanik periode miosen awal yang sekarang ini, terletak dilepas pantai selatan jawa.
 

















Gambar I.7 Penampang tektonik geologi miosen awal-akhir miosen tengah

c. fase tektonik akhir
fase tektonik akhir yang terjadi adalah pada pliosen-pleistosen, dimana terjadi proses kompresi kembali dan bentuk perangkap-perangkap struktur berupa sesar-sesar naik di jalur selatan cekungan jawa barat utara. Sesar-sesar naik yang yang terbentuk adalah  sesar naik  pasir jadi dan sesar naik subang, sedangkan pada jalur utara cekungan jawa barat utara terbentuk sesar turun berupa sesar  turun  pamanukan. Akibat adanya perangkap struktur tersebut terjadi kembali proses migrasi hidrokarbon. Fase tektonik akhir ini di ilustrasikan pada gamba 1.8.
















Gambar  1.8 penampang tektonik geologi miosen akhir-resen ( Martodjojo,2003)
I.1.3 Stratigrafi Cekungan  Jawa Barat Utara
          Sedimentasi cekungan jawa barat utara mempunyai kisaran umur dari kala Eosen tengah sampa kuarter. Deposit tertua adalah pada Eosen tengah, yaitu pada formasi jatibarang yang terendapkan secara tidak selaras di atas batuan dasar. Urutan statigrafi regional dari yang paling tua hingga yang muda adalah batuan dasar, formasi jati baring,formasi cibulakan bawah (talang akar,Batu raja), Formasi cibilakan Atas(massive,main,pre-parigi), Formasi parigi dan Formasi Cisubuh,seperti  yang di lustrasikan pada gambar 1.9.
 




















Gambar  1.9 kolom stratigrafi Cekungan jawa barat utara (Arpandi dan Padmosukismo,1975)
a.   Batuan Dasar
batuan dasar adalah batuan beku andesitic dan basaltik yang berumur kapur tengah sampai kapur atas dan batuan metamorf yang berumur pra-tersier (Sinclair dkk,1955). Lingkungan pengendapannya  merupakan suatu permukaan dengan sisa vegetasi tropis yang lapuk (Koesoemadinata,1980).
b. formasi jati baring
formasi jati baring tersusun oleh endapan early synrif, terutama di jumpai pada bagian tengah dan timur dari cekungan jawa barat Utara. Pada bagian barat cekungan ini (daerah tambun-Rengasdengklok), kenampakan  formasi  jati baring tiak banyak ( sangat tipis). Pada bagia bawah formasi ini,tersusun oleh tuff besisipan lava (aliran),sedangkan bagian atas tersusu oleh batu pasir. Formasi ini di endapkan pada fasies continental-fluvial.minyak dan gas di beberapa tempat pada rekahan-rekahan tuff.Umur formasi ini adalah dari kal Eosen Akhir sampai Oligosen awal. Formasi ini terletak secara tidak  selaras di atas batuan dasar.
c.   formasi Talang Akar
pada synrift berikutnya di endapkan formasi talang akar. Pada awalnya formasi ini memiliki fasies fluvio-deltaic sampai fasies marin. Litplog formasi ini diawali oleh perselingan sedimen batu pasir dengan serpih non-marin dan di akhiri oleh perselingan  antara batu gampin, serpih dan batu pasir dalam fasies marin. Ketebalan formasi ini sangat bervariasi dai beberapa meter ditinggian rengasdengklok sampai 254 m di tinggian tambun – tanggerang,hingga diperkirakan lebih dari 1500 m pada pusat dalaman ciputat.
Pada akhir sedimentasi.Formasi Talang Akar ditandai dengan berakhirnya sedimen synrift.Formai ini di perkiraka berkembang cukup baik didaerah suka mandi dan sekitarnya. Formasi ini juga dijumpai lapisan batu bara yang kemungkinan terbentuk pada lingkungan delta. Batubara dan serpih tersebut merupakan batuan induk untuk hidrokabon.
d .  Formasi Baturaja
Formasi ini terendapka secara terendapkan secara selaras  diatas formasi talang Akar. Litologi penyusun formasi baturaja terdiri dari baik yang berupa paparan maupun yang berkembang sebagai reef build up (menandai fase post rift) yang secara regional  menutupiseluruh sedimen klastik pada formasi Talang Akar dcekungan jawa barat Utara. Pada bagian bawah tersusun oleh batu gampingb masifnyang semakin ke atas semakin berpori.Perkembangan batu gamping terumbu umumnya dijumpai pada daerah tinggian. Namun sekarang diketahui sebagai  daeah dalaman. Selain itu juga ditemukan dolomit,interkalasi serpih glaukonit,napal,chert,batubara . formasi ini terbentuk pada kala miosen Awal-Miosen tengah (terutama dari asosiasi foraminifera). Lingkungan pembentukan fomasi ini adalah pada kondisi laut dangkal, air cukup jernih sinar matahari cukup (terutama dari melimpahnya foraminifera Spiroclypens Sp).Ketebalan Formasi ini berkisar pada (50-3000 m.
e. Formasi Cibulakan
formasi ini terdiri dari perselingan antara serpih dengan batupasir dan batu gamping. Batu gamping pada satuan ini umumnya merupakan batu gamping.Klasti serta batu gamping terumbu yang berkembang secara setempat-setempat. Batugamping terumbu ini dikenal sebagai mid main Carbonete  (MMC). Formasi nini dibagi menjadi 2 (dua) anggota, yaitu anggota cibulakan atas dan anggota cibulakan bawah. Pembagian anggota ini berdasarkan perbedaan lingkungan pengendapan,dimana anggota cibulakan Bawah merupan endapan transisi (paralik), sedangkan anggota cibulakan atas  merupakan endapan neritic. Anggota cibulakan bawah dibedakan menjadi dua bagian sesuai deengan korelasi cekungan Sumatra selatan, yaitu : formasi Talang Akar dan Formasi Baturaja.secara keseluruhan formasi cibulakan  ini berumur Miosen Awal sampai Miosen Tengah formasi Cibulakan Atas terbagi menjadi tiga anggota, yaitu :
          1) Massive
Anggota ini terendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Baturaja. Litologi anggota ini adalah perselingan batulempung dengan batu pasir yang mempunyai ukuran butir halus-sedang.Pada massive ini dijumpai kandungan hidrokarbon terutama pada bagian atas. Selain itu terdapat fosil for aminifera palnktonik seperti Globigerina trilobus serta for amimifera bentonik seperti  Amphistegina (Arpandi dan padmosukismo,1975).
2) Main
Anggota main terendapkan secara selaras diatas anggota Massive. Litologi penyusunnya adalah batulempung berselingan dengan batu pasir yang mempunyai ukuran butir halus-sedang ( bersifat glaukonitam). Pada awal pembentukannya, berkembang batu gamping dan juga blangket – blangket pasir, dimana pada bagian ini dibedakan dengan anggota Main itu sendiri yang disebut dengan Mid Main Carbonat.
3) Pre Parigi
    Anggota Pre-Parigi terendapkan secara selaras diatas anggota Main. Litologinya adalah perelingan batu gamping, dolomit, batu pasir dan batulanau. Anggota ini terbebtuk pada kala miosen  tengah-miosen Akhir dan diendapkan pada lingkungan neritic Tengah-neritik dalam (Arpandi dan Padmosukismo,1975), dengan dijumpainya fauna-fauna laut dangkal dan uga kandungan batu pasir glaukonitan.
f .Formasi parigi
    formasi ini terendapkan secara selaras diatas formasi Cibulakan atas. Litologi penyusunnya sebagian besar adalah batu ganping abu-abu terang, berfosil,berpori dengan sedikit dolomit. Adapun litologi penyusun yang lain adalah serpih karbonatan, napal yang dijumpai pada bagian bawah selain itu, kandungan koral dan alga cukup banyak dijumpai  selain juga bioherm dan biostrom. Pengendapan batu gamping ini melampar keseluruh cekungan jawa barat utara. Lingkungan pengendapan formasi ini dalah laut dangkal-neritik tengah (Arpandi dan Padmosukismo,1975). Formasi  parigi bekembang sebagai batugamping terumbu, namun dibeberapa tempat ketebalannya menipis dan berselingan dengan napal. Batas bawah formasi parigi ditandai dengan perubahan berangsur dari batuan fasies campuran klastika karbonat dari Formasi Cibulakan Atas menjadi batuan karbonat formasi Parigi.Kontak antara formasi parigi dengan formasi cisubuh yang berada di atasnya sangat tegas yang merupakan kontak antara batu gamping bioklastik dengan napal yang berfungsi sebagai lapisan penutup.Formasi ini di endapkan pada kala miosen akhir-pliosen.
g.  Formasi Cisubuh
    formasi ini diendapkan secara selaras diatas formasi parigi. Litologi penyusunya adalah batulempung  berselingan dengan batu pasir dan serpih gampingan. Umur formasi ini adalah kala miosen akhir pliosen-pleistosen.Formasi ini diendapkan pada lingkungan laut dangkal yang semakin ke atas menjadi lingkungan litoral-paralik
I.1.4 Petroleum System Cekungan Jawa Barat Utara
Hamper  seluruh formasi dicekungan jawa barat utara dapat menghasilkan hidrokarbon yang mempunyai sifat  berbeda, baik dari lingkungan pengendapan maupun porositas batuannya.model petroleum system pada cekungan jawa barat utara ditujukan pada gambar I.10









 












Gambar I.10. petroleum system Cekungan Jawa Barat Utara (Budiyani dkk.,1991).
a. Bayuan induk (Soure Rock)
pada cekungan jawa barat Barat Utara taerdapat tiga tipe utama batuan induk,yaitu lacustrine shale (oil prone), fluvio deltaic coal, fluvio deltaic shales (oil dan gas prone) dan marin claystone (bacterial gas). Studi geokimia dari minyak mentah yang diteukan di  pulau jawa dan lapangan lepas pantai Arjuna menunjukan bahwa fluvio deltaic dan shale dari formasi Talang Akar bagian atas berperan dalam pembentukan batuan induk yang utama. Beberapa peran serta dari lacustrine shales juga ada, terutama pada sub-Cenkungan jati baring.  Kematangan batuan induk di cekungan jawa barat utara pada punak gunung jatibaring atau dasar/puncak dari formasi talang Akar atau bagian bawah dari formasi Baturaja (Reminton dan Pranyoto,1985).
1) Lacustrine Shale
Lacustrine Shale terbentuk pada suatu periode syn rift dan berkembang dalam 2 macam fasies yangbkaya material organik. Fasies pertama adalah fasies yang berkembang selama initial-rift fill. Fasies ini berkembang pada Formasi banuwati dan ekuivalen Formasi kati baring sebagai lacustrine clastic dan vulkanik klastik.Fasies kedua adalah fasies yang terbentuk selama akhir syn rift dan berkembang pada bagian bawah ekuivalen dengan Formasi Talang Akar. Pada Formasi ini, batuan induk di cirikan oleh klastik non-marin berukuran kasar dan interbedded antara batu pasir dengan lacustrine shale.
2) Fluvio Deltaic Coal dan Shale
Batuan induk ini dihasilkan oleh ekuivalen Formasi Talang Akar yang dideposisikan selama post rift sag. Fasies ini dicirikan oleh coal bearing sedimen yang terbentunk pada sistem fluvial pada oligosen Akhir.Batuan induk tipe ini menghasilkan minyak dan gas.
3) Marin Lacustrine
Batuan induk ini dihasilkan oleh Formasi Parigi dan Cisubuh pada cekungan laut. Batuan induk ni dicirikan oleh proses methanogenic bacteria yang menyebabkan degradasi material oganik pada lingkungan laut.
b. Reservoar
semua formasi dari jati baring sampai paigi merupakan interval dengansifat fisik reservoir yang baik sehingga banyak lapangan mempunyai daerah dengan cekungan yang berlipat. Cekungan terbesar adalah yang mengandung batupasir pada main atau massive dan Formasi Tlang Akar.selain itu,minyak telah diproduksi dari rekahan volkanoklastik dari Formasi jatibaring. Pada daerah dimana batugamping Baturaja mempunyai porositas yang baik, akumulasi endapan yang agak besar mungkin dapat dihasilkan.Timbunan pasokan sedimen dan laju sedimentsi yang tinggi pada daerah shelf, diidentifikasi dari clinoforms yang menandakan adanya progradasi. Pemasukan sedimen ini disebabkan oleh perpaduan ketidakstabilan tektonik yang merupan akibat dari subsiden yang terus menerus pada daerah forelanddari Lempeng Sunda (Hamilton,1979). Pertambahan yang cepat dalam sedimen kalstik dan laju subsidan pada miosen Awal diinterpretasikan sebagai sebab dari perhentian deposisi batugamping Baturaja. Anggota main dan massive menjadi dasar dari sequence transgressive marin yang sangat lambat, kecuali yang berdekatan dengan akhir dari deposisi anggota main. Ketebalan seluruh sedimen bertambah dari 400 feet pada daerah yang berdekatan dengan paleoshoreline menjadi lebih dari 5000 feet pada sub-Cekungan Ardjuna.
c. Tipe Jebakan (Trap)
Tipe jebakan disemua sistem petroleum Cekungan jawa Barat Utara sangat mirip.Hal ini disebabkan evolusi tektonik dari semua cekungan sedimen sepanjang batas selatan dari keratin sunda, tipe struktur geologi dan mekanisme jebakan yang hamper sama. Bentuk utama struktur geologi adalah domeanticlinal yang lebar dan jebakan dari blok sesar yang miring.pada beberapa daerah pada dengan reservoar reef build up, perangkap stratigrafi juga berperan. Perangkap sratigrafi yang berkembang umumnya dikarenakan terbatasnya penyebaran batugamping dan perbedaan fasies.Himpunan batuan dasar pada daerah lepas pantai Cekungan Jawa Barat Utara berkomposisi batuan metamorf dan batuan beku. Berdasarkan umur batuan dasar, metamorfisme regional berakhir selama zaman kapur Akhir selama deformasi, uplift,erosi dan pendinginan yang terus-menerus sampai dengan paleosen(sinclairvdkk,1995).
d. Jalur Migrasi (Proper timing of Migration)
Migrasi hidrokarbon terbagi menjadi tiga, yaitu migrasi primer,sekunder dan tersier. Migrasi primer adalah perpindahan minyak bumi dari batuan induk dan masuk kedalam reservoar melalui lapisan penyalur (Koesoemadinata,1980). Migrasi sekunder dianggap sebagai pergerakan fluida dalam batuan penyalur menuju trap.Migrasi tersier adalah pergerakan minyak dan gas bumi setelah pembentukan akumulasi yang nyata. Jalur untuk perpindahan hidrokarbon mungkin terjadi dari jalur kedua yang lateral atau vertical dari cekungan awal. Migrasi lateral mengambil tempat didalam unit-unit lapusan dengan  permeabilitas horizontal yang baik, sedangkan migrasi vertical terjadi ketika migrasi yang utama dan langsung berupa tegak menuju lateral. Jalur migrasi lateral berciri tetap dari unit-unit permeabel. Pada cekungan jawa jarat Utara,saluran utama untuk migrasi lateral lebih banyak berupa celah batupasir yang mempunyai arah selatan-utara, dari formasi Talang Akar dan mirip dengan oreantasi sistem batupasir dalam anggota Main maupun Massive (Formasi Cibulakan Atas). Sesar menjadi saluran utama untuk migrasi Vertical dengan transportasi yang cepat dari cairan yang bersamaan waktu dengan periode tektonik aktif dan pergerakan sesar.
e. Lapisan Tudung (Seal)
Lapisan penutup atau lapisan penudung merupakan lapisan intermiabel yang dapat menghambat atau menutup jalannya hidrokarbon. Lapisan ini juga bias disertakan dengan lapisan overburden. Lapisan yang sangat baik adalah batulempung. Pada Cekungan Jawa Barat Utara, hamper setiap Formasi memiliki lapisan penutup yang efektif. Namun, Formasi Cisubuh karena Formasi ini memiliki litologi yang imperniabel yang cocok sebagai penghalang bagi hidrokarbon untuk bermigrasi laebih lanjut.


DAFTAR PUSTAKA

Tulisan ini dikutip dari skripsi S-1 :
Reza Aditya Hermawan, 2010, Inversi impedansi Elastik untuk Identifikasi Penyebaran Reservoar Batupasir Studi Kasus Lapangan “Aditya” Formasi Talang Akar Cekungan Jawa Barat Utara, Teknik Geofisika Universitas Pembangunan Nasianal “Veteran” Yogyakarta, Yogyakarta.
Arpandi,D., Patmokismo, S., 1975 The Cibulakan Formation as one of The Most Prospective StratigraphicUnitsin The Northwestjava Basinal area, IPA Proceeding, vol 4th Annual Convention, Jakarta.
Hereira Ichwan. 1991. 1991. Tinjauan Geologi dan Prospek Hidrokarbon cekungan Jawa Barat Utara, PERTAMINA UEPB III. Jakarta
Koesoemadinata, R,P.,1980, Geologi minyak dan gas bumi Jilid I Edisi ke II, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Martodjojo , S., 2003, Evaluasi Cekungan Bogor, Penerbit ITB, Indonesia.
Narpodo, J,.1996. Studi Konversi Kedalaman dengan Metode Stacking Velocity dan Layer Cake di daerah Jawa Barat Utara, Skripsi-S-1 Geofisika FMIPA UGM, Yogyakarta.
Nopyansyah, T,.2007, Studi Penyebaran Reservoar Berdasarkan Data Log, Cutting, dan Atribut seismic Pada Lapangan “TNP” Formasi Cibulakan Atas Cekungan jawa Barat Utara, Skripsi-S-1 Teknik Geologi FTM UPN Veteran Yogyakarta. (Tidak dipublikasikan)
Reminton, C,H., Nasir , H., 1986, Potensial Hidrokarbon Pada Batuan Karbonat Miosen Jawa Barat Utara. PIT IAGI XV, Yogyakarta.
Sinclair, S., Gresko, M., Sunia, C., 1995, Basin Evolution of the arjuna Rift System and its Implications for Hydrocarbon Exploration, Offshore Northwest Java, Indonesia, IPA Proceedings, 24th Annual Convention, Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar