Minggu, 19 Oktober 2014

Eksplorasi Batubara "Batubara"

Eksplorasi Batubara


Eksplorasi batu bara umumnya dilaksanakan melalui empat tahap, survei tinjau, prospeksi, eksplorasi pendahuluan dan eksplorasi rinci. Tujuan penyelidikan geologi ini adalah untuk mengidentifikasi keterdapatan, keberadaan, ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas, serta kualitas suatu endapan batu bara sebagai dasar analisis/kajian kemungkinan dilakukannya investasi. Tahap penyelidikan tersebut menentukan tingkat keyakinan geologi dan kelas sumber daya batubara yang dihasilkan.
1. Survei Tinjau (Reconnaissance)
Survei tinjau merupakan tahap eksplorasi Batu bara yang paling awal dengan tujuan mengidentifikasi daerah-daerah yang secara geologis mengandung endapan batubara yang berpotensi untuk diselidiki lebih lanjut serta mengumpulkan informasi tentang kondisi geografi, tata guna lahan, dan kesampaian daerah. Kegiatannya, antara lain, studi geologi regional, penafsiran penginderaan jauh, metode tidak langsung lainnya, serta inspeksi lapangan pendahuluan yang menggunakan peta dasar dengan skala sekurang-kurangnya 1 : 100.000.
Pada tahap survei awal, pertama dilakukan survei formasi cool-bearing yang terbuka secara alami dan beberapa pengeboran untuk mengetahui kedalaman dari lapisan batubara kearah kemiringan dengan maksud memastikan deposit batubara yang potensial. Kemudian akan berlanjut kepada teknik eksplorasi yang lebih tinggi menggunakan mesin dan peralatan yang spesifik. Dalam bab ini akan dijelaskan secar ringkas mengenai survei geologi permukaan yang merupakan dasar dari semua survei geologi. Namun, lingkup penyelidikan perlu dikembangkan, tidak hanya pada batubara itu sendiri, tetapi juga kepada penelitian lain seperti penelitian sedimentologi batubara dan lingkungannya, penelitian palaentologi fosil mikro dan mega, penelitian geokimia, penelitian struktur terhadap fracture dan lain-lain.
Survei tinjau , yaitu kegiatan explorasi awal terdiri dari pemetaan geologi regional,pemotretan udara,citra satelit dan metode survey tidak langsung lainnya untuk mengedintifikasi daerah-derah anomial atau meneraliasasi yang proespektif untuk diselifdiki lebih lanjut.
Sasaran utama dari peninjauan ini adalah mengedintifikasi derah-daerah mineralisasi/cebakan skala regional terutama hasil stud geologi regional dan analisis pengindraan jarak jauh untuk dilakukannya pekerjaan pemboran.
Lebih jelasnya, pekerjaan yang dilakukan pada tahapan ini adalah :
Pemetaan Geologi dan Topografi skala 1 : 25.000 samapai skala 1 : 10.000. Penyelidikan geologi yang berkaitan dengan aspek-aspek geologi diantaranya : pemetaan geologi,parit uji, sumur uji. Pada penyelidikan geologi dilakukan pemetaan geologi yaitu dengan melakukan pengamatan dan pengambilan contoh yang berkaitan dengan aspek geologi dilapangan. Adapun pengamatan yang dilakukan meliputi : jenis litologi, mineralisasi, ubahan dan struktur pada singkapan, sedangkan pengambilan contoh berupa batuan terpilih.
Identifikasi :
•Kondisi geografi
•Tata guna lahan
•Kesampaian daerah
Kegiatan :
Studi geologi regional
•Penafsiran pengindraan jauh
•Metode tidak langsung lainnya
•Inspeksi lapangan pendahuluan
•Pemetaan ( 1 : 100.000 )


2. Prospeksi (Prospecting)
Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk membatasi daerah sebaran endapan yang akan menjadi sasaran eksplorasi selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, di antaranya, pemetaan geologi dengan skala minimal 1:50.000, pengukuran penampang stratigrafi, pembuatan paritan, pembuatan sumuran, pemboran uji (scout drilling), pencontohan dan analisis. Metode tidak langsung, seperti penyelidikan geofisika, dapat dilaksanakan apabila dianggap perlu.
Logging geofisik berkembang dalam ekplorasi minyak bumi untuk analisa kondisi geologi dan reservior minyak. Logging geofisik untuk eksplorasi batubara dirancang tidak hanya untuk mendapatkan informasi geologi, tetapi untuk memperoleh berbagai data lain, seperti kedalaman, ketebalan dan kualitas lapisn batubara, dan sifat geomekanik batuan yang menyrtai penambahan batubara.
Dan juga mengkompensasi berbagai maslah yang tidak terhindar apabila hanya dilakukan pengeboran, yaitu pengecekan kedalaman sesungguhnya dari lapisan penting, terutama lapisan batubara atau sequence rinci dari lapisan batubara termasuk parting dan lain lain.
Prospeksi Umum, dilakukan untuk mempersempit dearah yang mengandung cebakan mineral yang potensial.
Kegiatan Penyelidikan dilakukan dengan cara pemetaan geologi dan pengambilan contoh awal, misalnya puritan dan pemboran yang terbatas, study geokimia dan geofisika, yang tujuanya adalah untuk mengidentifikasi suatu Sumber Daya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resources) yagn perkiraan dan kualitasnya dihitung berdasarkan hasil analisis kegiatan diatas.
Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap Survei Tinjau. Cakupan derah yang diselidikii lebih keci dengan skala peta antara 1 : 50.000 sampai dengan 1 : 25.000. Data yang didapat meliputi morfologi (topografi) dan kondisi geologi (jenis batuan/startigrafi dan struktur geollogi yang berkembang). Pengambilan contoh pada derah prospek secara alterasi dan mineralisasi dilakukan secara sistematis dan terperinci untuk analisa laboratorium, sehinga dapat diketahui kadar/kualitas cebakan mineral suatu daerah yang akan dieksplorasi.

Kegiatan :
•Pemetaan eologi ( 1 : 50.000 )
•Pengukuran penmapang stratigrafi
•Pembuatan puritan
•Pembuatan sumuran
•Pemboran uji (scout drilling)
•Pecontohan
Analisis :
•Penyelidikan geofisika (jika perlu)

 3. Eksplorasi Pendahuluan (Preliminary Exploration)
Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas serta gambaran awal bentuk tiga-dimensi endapan batu bara. Kegiatan yang dilakukan antara lain, pemetaan geologi dengan skala minimal 1:10.000, pemetaan topografi, pemboran dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologinya, penarnpangan (logging) geofisika, pembuatan sumuran/paritan uji, dan pencontohan yang andal. Pengkajian awal geoteknik dan geohidrologi mulai dapat dilakukan. Exsplorasi awal, yaitu deliniasi awal dari suatu endapan yang teredintifikasi. Pada survei eksplorasi awal perlu dilakukan pengamatan lapang dengan tingkat kerapatan pengamatan di lapang: 1 tiap 12,5 hektar atau 1 tiap 8 hektar atau 1 tiap 2 hektar; kisaran skala yang dihasilkan berkisar antara: 1 : 25.000 sampai dengan 1: 10.000 dan pada umumnya skala yang dihasilkan adalah 1 : 25.000 atau 1 : 20.000 atau 1 : 10.000; sehingga memiliki luas tiap 1 cm2 pada peta adalah 6,25 hektar atau 5 hektar atau 1 hektar.

Pengkajian :
•Geoteknik
•Geohidrologi
Kegiatan :
•Pemetaan geologi ( 1 : 10.000 )
•Pemetaan topografi
•Pemboran dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologinya
•Penampang (logging) geofisika
•Pembuatan sumuran/puritan uji
•pencontohan

4. Eksplorasi Rinci (Detailed Exploration)
Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas clan kualitas serta bentuk tiga-dimensi endapan batu bara. Kegiatan yang harus dilakukan adalah pemetaan geologi dan topografi dengan skala minimal 1:2.000, pemboran, dan pencontohan yang dilakukan dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologinya, penampangan (logging) geofisika, pengkajian geohidrologi, dan geoteknik. Pada tahap ini perlu dilakukan pencontohan batuan, batubara dan lainnya yang dipandang perlu sebagai bahan pengkajian lingkungan yang berkaitan denqan rencana kegiatan penambangan Exsplorasi rinci, yaitu tahap explorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalam tiga dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari dari percontohan singkapan,puritan, lubang bor, shafts, dan terowongan. Pada survei eksplorasi rinci perlu dilakukan pengamatan lapang dengan tingkat kerapatan pengamatan di lapang: 2 tiap 1 hektar; kisaran skala yang dihasilkan berkisar antara: 1 : 10.000 atau berskala lebih besar; pada umumnya skala yang dihasilkan adalah 1 : 5.000; sehingga memiliki luas tiap 1 cm2 pada peta adalah 0,25 hektar.



Pengkajian :
•Geoteknik
•Geohidrologi
Kegiatan :
•Pemetaan geologi dan topografi ( 1:2.000 )
•Pemboran dan pencontohan
•Penampangan (logging) geofisika


5. Program Eksplorasi
Agar eksplorasi dapat dilaksanakan dengan efisien, ekoomis, dan tepat sasaran, maka diperlukan perencanaan berdasarkan prinsip-prinsip dan konsep-konsep dasar eksplorasi sebelum program eksplorasi tersebut dilaksanakan.
Prinsip-prinsip konsep dasar eksplorasi tersebut antara lain:
         Target eksplorasi
         Jenis bahan galian (spesifikasi kulitas
         Pencarian model-model geologi yang sesuai
         Pemodelan eksplorasi
         Mengunakan model geologi regional untuk pemilihan daerah target eksplorasi
         Menentukan model geologi local berdasarkan keadaan lapangan, dan mendeskripsikan petunjuk-petunjuk geologi yang akan di mamfaatkan.
         Penentuan metode –metode eksploarasi yang akan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk geologi yang diperlukan.
Selain itu, perencanaan program eksplorasi tersebut harus memenehui kaidah-kaidah dasar dan perancangan (desain) yaitu :
         Efektif ; penggunaan alat, individu, dan metode harussesuai dengan keadaan geologi endapan yang dicari.
         Efesien ; dengan menggunakan prinsip dasar ekonomi yaitu dengan biaya serendah-rendahnya untuk memperoleh hasil yang sebesarnya-besarnya.
         Cost-benifical ; hasil yang diperoleh dapat digunakan (bankable)


TAHAPAN PENAMBANGAN/EXPLORASI  BATUBARA
Mungkin kalau kita menjelaskan proses penambangan secara umum agak susah karena setiap bahan galian memiliki cara-cara tersendiri dalam tahap ekplorasi, eksploitasi atau yang lainnya, maka dari itu saya mencoba untuk berbagi kepada rekan-rekan sekalian tahap Penambangan Batu bara, supaya langsung menuju kesasarannya. Mungkin untuk tahap-tahap penambangan bahan galian yang lain tidak jauh berbeda, Let’s check it out guys

Tahapan kegiatan penambangan batubara yang diterapkan untuk tambang terbuka adalah sebagai berikut :




1. Persiapan
Kegiatan ini merupakan kegiatan tambahan dalam tahap penambangan. Kegiatan ini bertujuan mendukung kelancaran kegiatan penambangan. Pada tahap ini akan dibangun jalan tambang (acces road), stockpile, dll.


2. Pembersihan lahan (land clearing)
Kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan daerah yang akan ditambang mulai dari semak belukar hingga pepohonan yang berukuran besar. Alat yang biasa digunakan adalah buldozer ripper dan dengan menggunakan bantuan mesin potong chainsaw untuk menebang pohon dengan diameter lebih besar dari 30 cm.
3. Pengupasan Tanah Pucuk (top soil)
Maksud pemindahan tanah pucuk adalah untuk menyelamatkan tanah tersebut agar tidak rusak sehingga masih mempunyai unsur tanah yang masih asli, sehingga tanah pucuk ini dapat diguanakan dan ditanami kembali untuk kegiatan reklamasi.
Tanah pucuk yang dikupas tersebut akan dipindahkan ke tempat penyimpanan sementara atau langsung di pindahkan ke timbunan. Hal tersebut bergantung pada perencanaan dari perusahaan.
4. Pengupasan Tanah Penutup (stripping overburden)
Bila material tanah penutup merupakan material lunak (soft rock) maka tanah penutup tersebut akan dilakukan penggalian bebas. Namun bila materialnya merupakan material kuat, maka terlebih dahulu dilakukan pembongkaran dengan peledakan (blasting) kemudian dilakukan kegiatan penggalian. Peledakan yang akan dilakukan perlu dirancang sedemikian rupa hingga sesuai dengan produksi yang diinginkan.

5. Penimbunan Tanah Penutup (overburden removal)
Tanah penutup dapat ditimbun dengan dua cara yaitu backfilling dan penimbunan langsung. Tanah penutup yang akan dijadikan material backfilling biasanya akan ditimbun ke penimbunan sementara pada saat taambang baru dibuka.

6. Penambangan Batubara (coal getting)

Untuk melakukan penambangan batubara (coal getting) itu sendiri, terlebih dahulu dilakukan kegiatan coal cleaning. Maksud dari kegiatan coal cleaning ini adalah untuk membersihkan pengotor yang berasal dari permukaan batubara (face batubara) yang berupa material sisa tanah penutup yang masih tertinggal sedikit, serta pengotor lain yang berupa agen pengendapan (air permukaan, air hujan, longsoran). Selanjutnya dilakukan kegiatan coal getting hingga pemuatan ke alat angkutnya. Untuk lapisan batubara yang keras, maka terlebih dahulu dilakukan penggaruan.
7. Pengangkutan Batubara ke (coal hauling)
Setelah dilakukan kegiatan coal getting, kegiatan lanjutan adalah pengangkutan batubara (coal hauling) dari lokasi tambang (pit) menuju stockpile atau langsung ke unit pengolahan.
8. Pengupasan parting (parting removal)
Parting batubara yang memisahkan dua lapisan atau lebih batubara peerlu dipindahkan agar tidak mengganggu dalam penambangan batubara.
9. Backfilling (dari tempat penyimpanan sementara)
Tanah penutup maupun tanah pucuk yang sebelumnya disimpan di tempat penyimpanan sementara akan diangkut kembali ke daerah yang telah tertambang (mined out). Kegiatn ini dimaksudkan agar pit bekas tambang tidak meninggalkan lubang yang besar dan digunakan untuk rehabilitasi lahan pasca tambang.
10. Perataan dan Rehabilitasi Tanah (spreading)
Terdiri dari pekerjaan penimbunan, perataan, pembentukan, dan penebaran tanah pucuk diatas disposal overburden yang telah di backfilling, agar daerah bekas tambang dapat ditanami kembali untuk pemulihan lingkungan hidup (reclamation).

11. Penghijauan (reclamation)
Merupakan proses untuk penanaman kembali lahan bekas tambang, dengan tanaman yang sesuai atau hampir sama seperti pada saat tambang belum dibuka.
12. Kontrol (monitoring)
Kegiatan ini ditujukan untuk pemantauan terhadap aplikasi rencana awal penambangan. kontrol akan dilakukan terhadap lereng tambang, timbunan, ataupun lingkungan, baik terhadap pit yang sedang aktif maupun pit yang telah ditambang.
Mungkin hanya sekian dari saya kali ini, semoga bermanfaat untuk rekan-rekan semua. Apa bila terdapat kesalahan saya mohon maaf, maklum lagi capek ni, banyak tugas.
METODE PEMBORAN BATUBARA
Metoda ini biasa diterapkan pada tiga sistem penambangan batubara,
yaitu:
1. penambangan terbuka
2. penambangan bawah tanah
3. penambangan dengan auger
1) Penambangan terbuka
Pengelompokan jenis-jenis tambang terbuka batubara didasarkan
pada letak endapan, dan alat-alat mekanis yang dipergunakan. Teknik
penambangan pada umumnya dipengaruhi oleh kondisi geologi dan
topografi daerah yang akan ditambang.
Jenis-jenis tambang terbuka batubara dibagi menjadi :
1. contour maining
Contour mining cocok diterapkan untuk endapan batubara yang
tersingkap di lereng pegunungan atau bukit. Cara penambangannya
diawali dengan pengupasan tanah penutup (overburden) di daerah
singkapan di sepanjang lereng mengikuti garis ketinggian (kontur),
kemudian diikuti dengan penambangan endapan batubaranya.
Penambangan dilanjutkan ke arah tebing sampai dicapai batas endapan
yang masih ekonomis bila ditambang. Menurut Robert Meyers, contour
mining dibagi menjadi beberapa metode, antara lain :
a. Conventional contour mining
Pada metode ini, penggalian awal dibuat sepanjang sisi bukit pada
daerah dimana batubara tersingkap. Pemberaian lapisan tanah penutup
dilakukan dengan peledakan dan pemboran atau menggunakan dozer
dan ripper serta alat muat front end leader, kemudian langsung
didorong dan ditimbun di daerah lereng yang lebih rendah. Pengupasan
dengan contour stripping akan menghasilkan jalur operasi yang
bergelombang, memanjang dan menerus mengelilingi seluruh sisi
bukit.





a. Block-cut contour
mining
Pada cara ini
daerah penambangan dibagi menjadi blok-blok penambangan yang
bertujuan untuk mengurangi
timbunan tanah buangan pada
saat pengupasan tanah
penutup di sekitar lereng.
Pada tahap awal blok 1 digali
sampai batas tebing (highwall)
yang diijinkan tingginya. Tanah penutup tersebut ditimbun sementara,
batubaranya kemudian diambil. Setelah itu lapisan blok 2 digali kirakira
setengahnya dan ditimbun di blok 1. Sementara batubara blok 2
siap digali, maka lapisan tanah penutup blok 3 digali dan berlanjut ke
siklus penggalian blok 2 dan menimbun tanah buangan pada blok awal.
Pada saat blok 1 sudah ditimbun dan diratakan kembali, maka
lapisan tanah penutup blok 4 dipidahkan ke blok 2 setelah batubara
pada blok 3 tersingkap semua. Lapisan tanah penutup blok 5
dipindahkan ke blok 3, kemudian lapisan tanah penutup blok 6
dipindahkan ke blok 4 dan seterusnya sampai selesai (Gambar 1.2).
Penggalian beruturan ini akan mengurangi jumlah lapisan tanah
penutup yang harus diangkut untuk menutup final pit.
b. Haulback contour mining
Metode haulback ini merupakan modifikasi dari konsep block-cut,
yang memerlukan suatu jenis angkutan overburden, bukannya
langsung menimbunnya. Jadi metode ini membutuhkan perencanaan
dan operasi yang teliti untuk bisa menangani batubara dan overburden
secara efektif.
c. Box-cut contour mining
Pada metode box-cut contour mining ini lapisan tanah penutup
yang sudah digali, ditimbun pada daerah yang sudah rata di sepanjang
garis singkapan hingga membentuk suatu tanggul-tanggul yang rendah
yang akan membantu menyangga porsi terbesar dari tanah timbunan.

1. Mountaintop removal method
Metode mountaintop removal method ini dikenal dan berkembang
cepat, khususnya di Kentucky Timur (Amerika Serikat). Dengan metode
ini lapisan tanah penutup dapat terkupas seluruhnya, sehingga
memungkinkan perolehan batubara 100%.
gambar Mountaintop Removal Method (Chioronis, 1987)

2. Area mining method
Metode ini diterapkan untuk menambang endapan batubara yang
dekat permukaan pada daerah mendatar sampai agak landai.
Penambangannya dimulai dari singkapan batubara yang mempunyai
lapisan dan tanah penutup dangkal dilanjutkan ke yang lebih tebal
sampai batas pit.
3. Open pit method
Metode ini digunakan untuk endapan batubara yang memiliki
kemiringan (dip) yang besar dan curam. Endapan batubara harus tebal
bila lapisan tanah penutupnya cukup tebal.
a. lapisan miring
Cara ini dapat diterapkan pada lapisan batubara yang terdiri dari
satu lapisan (single seam) atau lebih (multiple seam). Pada cara ini
lapisan tanah penutup yang telah dapat ditimbun di kedua sisi pada
masing-masing pengupasan
b. lapisan tebal
Pada cara ini penambangan dimulai dengan melakukan
pengupasan tanah penutup dan penimbunan dilakukan pada daerah
yang sudah ditambang. Sebelum dimulai, harus tersedia dahulu daerah
singkapan yang cukup untuk dijadikan daerah penimbunan pada
operasi berikutnya. Pada cara ini, baik pada pengupasan tanah penutup
maupun penggalian batubaranya, digunakan sistem jenjang (benching
system).
2) Penambangan Batubara bawah tanah
Metode penambangan batubara bawah tanah ada 2 buah yang
populer, yaitu:
a. Room and Pillar
Metode penambangan ini dicirikan dengan meninggalkan pilarpilar
batubara sebagai penyangga alamiah. Metode ini biasa
diterapkan pada daerah dimana penurunan (subsidence) tidak
diijinkan. Penambangan ini dapat dilaksanakan secara manual
maupun mekanis.
b. Longwall
Metode penambangan ini dicirikan dengan membuat panelpanel
penambangan dimana ambrukan batuan atap diijinkan
terjadi di belakang daerah penggalian. Penambangan ini juga
dapat dilaksanakan secara manual maupun mekanis.
gambar Metode Longwall


2) Pengeboran dengan Auger (Auger Mining)
Auger mining adalah sebuah metode penambangan untuk
permukaan dengan dinding yang tinggi atau penemuan singkapan
(outcrop recovery) dari batubara dengan pemboran ataupun penggalian
bukan ke dalam lapisan di antara lapisan penutup.
Auger mining dilahirkan sebelum 1940-an adalah metode untuk
mendapatkan batubara dari sisi kiri dinding tinggi setelah
penambangan permukaan secara konvensional. Penambangan
batubara dengan auger bekerja dengan prinsip skala besar drag bit
rotary drill. Tanpa merusak batubara, auger mengekstraksi dan
menaikkan batubara dari lubang dengan memiringkan konveyor atau
pemuatan dengan menggunakan loader ke dalam truk.
Pengembangan dan persiapan daerah untuk auger mining adalah
tugas yang mudah jika dilakukan bersamaan dengan pemakaian
metode open cast atau open pit. Setelah kondisi dinding tinggi, auger
drilling dapat ditempatkan pada lokasi.
Kondisi endapan yang dapat menggunakan metode ini berdasarkan
Pfleider (1973) dan Anon (1979) adalah endapan yang memiliki
penyebaran yang baik dan kemiringannya mendekati horisontal, serta
kedalamannya dangkal (terbatas sampai ketinggian dinding dimana
auger ditempatkan.
gambar Auger Mining pada lapisan batubara dengan kemiringan
lapisan rendah (Salem Tool Inc.,1996)

gambar Auger Mining pada lapisan batubara dengan kemiringan
lapisan curam (Salem Tool Inc.,1996)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar